Breaking News

Saturday, 25 May 2013

Metode Dan Tantangan Dalam Pengukuran Dampak CSR

Metode Dan Tantangan Dalam Pengukuran Dampak CSR
           Metode Dan Tantangan Dalam Pengukuran Dampak CSR sebagaimana yang sudah dinyatakan sebelumnya, untuk bisa mengukur dampak CSR, maka perusahaan perlu memiliki data dasar terlebih dahulu. Hal ini untuk memberi tahu seluruh pihak mengenai bagaimana kondisi calon penerima manfaat. Kemudian, setelah inisiatif CSR kepada mereka dijalankan atau diselesaikan, kondisi mereka kembali diukur.
Supaya yang diukur itu sama, maka diperlukan indikator, dan indikator tersebut sebaiknya sudah ditetapkan di depan, yaitu sebelum data dasar diambil, bukan setelah projek berjalan. 

Dalam kondisi yang lain, sebuah indikator dibuat ketika data dasar sudah diambil, namun hal itu hanya mungkin manakala perusahaan sudah memiliki data dasar yang lengkap. Pada pilihan seperti ini, ketika projek atau program sudah ditetapkan tujuannya, indikator dibuat untuk menyesuaikan dengan tujuan, namun data dasarnya dipastikan sudah ada.


           Detail pengukuran itu sendiri memang rumit. Oleh karena itu, banyak pakar menuliskannya dalam satu artikel atau satu bab penuh, dalam dokumen yang panjang, atau bahkan buku yang khusus dipergunakan untuk menjelaskannya. Satu artikel yang menuliskan soal itu misalnya dari Veleva dkk (2012), Measuring the Business Impacts of Community Involvement (Business and Society Review, Vol. 117/1). Lakin dan Scheubel (2010) mendedikasikan Bab 9 dari buku mereka, Corporate Community Involvement, Definitive Guide (Greenleaf Publishing) untuk membahas itu. Publikasi dari WBCSD dan IFC (2008), Measuring Impact, Framework Methodology merupakan dokumen sepanjang 78 halaman yang menjelaskan masalah metodologi ini. Sementara, Henriques (2010), CorporateImpact, Measuring and Managing Your Social Footprint (Earthscan), adalah buku khusus yang menghubungkan penukuran dampak sosial perusahaan dengan pengelolaannya.

            Kalau para pakar saja membutuhkan ruang yang cukup panjang untuk menjelaskan bagaimana dampak CSR—bahkan, contoh-contoh di atas itu baru mencakup dampak sosial saja—dapat diukur, maka artikel ini bukanlah ruang yang tepat untuk membahas seluk beluk metodologis itu. Namun, untuk menggambarkan betapa masalah pengukuran ini memang tidak mudah, serta apa yang harusnya dilakukan untuk memastikan bahwa pengukuran itu tidak dilakukan dengan sembarangan, tulisan ini masih bisa dilanjutkan. Dengan menjelaskan ha tersebut, tulisan ini hendak menyatakan bahwa kecurigaan Suryana bahwa pengukuran dampak CSR memang tidak mudah adalah benar adanya.

            Dalam sebuah tulisan yang terbit September lalu, Owen dan Kemp, Assets, Capitals and Resources: Frameworks for Corporate Community Development in Mining (Business & Society, Vol. 51/3 2012) menjelaskan bahwa dalam pengembangan masyarakat di dunia tambang saja, sekarang sudah dikenal ada enam paradigma. Itu semua yang sudah lebih maju dibandingkan yang selama ini dikenal marak di Indonesia: donasi. Keenam kerangka itu adalah Public Relations Approach, Risk Mitigation and Opportunity Orientation, Five Capitals Model, Needs-Based Development, Resources Orientation, dan Assets-Based Community Development.

            Masing-masing kerangka itu memegang asumsi yang berbeda soal bagaimana masyarakat itu bisa ditingkatkan kondisinya. Dua yang pertama mungkin lebih memproritaskan kepentingan perusahaan, sementara empat yang berikutnya lebih melihat bagaimana perusahaan bisa membantu peningkatan kondisi masyarakat. Jadi, karena ada asumsi pada masing-masing pendekatan, maka pengukurannya juga akan mewujud secara berbeda-beda. Ada perusahaan yang akan lebih berkutat kepada dampak reputasional dari apa yang mereka kerjakan; apakah risiko sudah berhasil diturunkan dan peluang berhasil diwujudkan; perbandingan kondisi kelima jenis modal yang ada di masyarakat sebelum versus sesudah projek pengembangan masyarakat perusahaan dilaksanakan; pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dinyatakan dalam tujuan projek; jumlah sumberdaya material dan non-material yang dimiliki oleh masyarakat; atau jumlah dan jenis aset yang dimiliki sebagai kekuatan utama dari masyarakat. 

            Owen dan Kemp (2012) menyatakan bahwa pendekatan Assets-Based Community Development (ABCD) adalah yang paling progresif, karena menaruh masyarakat sebagai pihak yang memiliki berbagai hal yang baik, patut dan diinginkan—ini adalah definisi aset masyarakat menurut El Hadidy (2008)—dalam membangun dirinya sendiri. Namun, dalam pengalaman penulis, pendekatan Five Capitals adalah yang paling adil apabila kita hendak menilai dampak CSR suatu perusahaan terhadap para penerima manfaat. Menurut karya Porritt (2005), Capitalism As If the World Matters, modal yang dimiliki untuk membangun adalah modal manusia, sosial, alam, infrastruktur dan ekonomi. Oleh karena itu, kalau kita hendak berlaku adil kepada perusahaan yang sudah menjalankan berbagai inisiatif CSR, apalagi kalau sudah cukup lama, maka kita perlu melihat dampak perusahaan itu terhadap kondisi 5 jenis modal itu di dalam masyarakat. Baik dampak negatif maupun positif perusahaan, haruslah disisir di dalam 5 jenis modal itu, dan hanya dengannya kita bisa mengetahui dengan adil dan saksama apa yang telah dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat.

             Namun sekali lagi ditekankan, mengukur kondisi kelima jenis modal itu membutuhkan ketelatenan luar biasa. Juga, kesediaan untuk berhadapan dengan berbagai tantangan metodologis. Berdasarkan pengalaman penulis, terdapat setidaknya 6 tantangan yang harus dihadapi dalam mengukur dampak CSR perusahaan, yaitu: penggunaan definisi dan batasan CSR tertentu; kejelasan batasan dampak CSR versus dampak pembangunan yang dilakukan oleh pihak lain versus sudut pandang sinergis; keputusan tingkat pengukuran di level projek, program, atau seluruh inisiatif; penggunaan sudut pandang subjektif, objektif atau keduanya; penggunaan pendekatan proses, kinerja, atau gabungannya; serta sistem pengukuran hanya dengan aspek ekonomi (monetisasi seluruh manfaat/mudarat) ataudengan mengikutsertakan satuan pengukuran yang berbeda untuk setiap aspek. Perusahaan perlu mengambil keputusan terkait keenam hal di atas, dengan mempertimbangkan kesanggupan mitra dalam mengukur serta ekspektasi dari pemangku kepentingannya.

             Pada akhirnya, perlu juga disadari bahwa “sulit” bukanlah satu-satunya hal yang membuat pengukuran dampak CSR belum cukup popular. Masih ada hal-hal lain yang menyebabkan itu. CSR yang relatif baru, sifat sebagian besar kegiatan sosial perusahaan yang belum beranjak dari filantropi, kehendak untuk segera mendapatkan citra baik, kehendak menutupi hal-hal buruk dari perusahaan, praktik penggunaan berbagai kegiatan sosial sebagai “pemadam kebakaran”, kemalasan dan ketakutan berhadapan dengan tantangan pengukuran, semuanya bisa menjadi motif perusahaan tidak mau melakukan pengukuran dengan benar dan komprehensif. Namun seluruh hal di atas bukanlah alasan yang bisa diterima untuk tidak melakukan pengukuran. Bukankah Peter Drucker menyatakan bahwa “what gets measured gets managed”?Hanya apabila kita bisa mengukur dampak CSR dengan benar sajalah maka kita bisa mengelola CSR dengan baik.



Demikian dulu postingan Metode Dan Tantangan Dalam Pengukuran Dampak CSR kali Miners blogger

Semoga bermanfaat buat kalian semuaaa !!!!

Tuesday, 21 May 2013

Bahan Galian Industri

BAHAN GALIAN INDUSTRI























Bahan Galian Industri serta penggolongannya

Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan :
§    Bahan galian Logam / Bijih (Ore); merupakan bahan galian yang bila dioleh dengan teknologi tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas, perak, seng, dll
§    Bahan galian Energi; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, misalnya batubara dan minyak bumi.

§    Bahan galian Industri; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal, bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin, zeolit, tras.

Penggolongan bahan galian di Republik Indonesia

Di Indonesia, penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam Undang-Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga golongan :

§         golongan bahan galian strategis (Golongan A)
§         golongan bahan galian vital (Golongan B)
§         golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam Golongan A atau B.

Penggolongan bahan-bahan galian didasari pada :
a.      Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara;
b.     Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese);
c.       Penggunaan bahan galian bagi industri;
d.      Pengaruhnya  terhadap kehidupan rakyat banyak;
e.      Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha;
f.        Penyebaran pembangunan di Daerah

Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Tentang Penggolongan Bahan Galian (PP No 27/1980), yang menyatakan sebagai berikut:
a. Golongan bahan galian yang strategis adalah:
-         minyak  bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
-         bitumen padat, aspal;
-         antrasit, batubara, batubara muda;
-         uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya;
-         nikel, kobalt;
-         timah

b. Golongan bahan galian yang vital adalah:
-         besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
-         bauksit, tembaga, timbal, seng;
-         emas, platina, perak, air raksa, intan;
-         arsin, antimon, bismut;
-         yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;
-         berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;
-         kriolit, fluorpar, barit;
-         yodium, brom, khlor, belerang;

c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah:
-         nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);
-         asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
-         yarosit, leusit, tawas (alum), oker;
-         batu permata, batu setengah permata;
-         pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;
-         batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth);
-         marmer, batu tulis;
-         batu kapur, dolomit, kalsit;
-         granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur  mineral golongan a amupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Sementara itu, dalam bagian Penjelasan, dicantumkan bawa arti penggolongan bahan-bahan galian adalah : 

Bahan galian industri Strategis berarti strategis untuk Pertahanan dan Keamanan serta   Perekonomian Negara; 
Bahan galian Vital berarti dapat menjamin hajat hidup orang banyak; 
Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian Strategis dan Vital berarti karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.

Dari penggolongan bahan galian di atas, terlihat bahwa bahan galian industri sebagian besar termasuk ke dalam bahan galian golongan C, walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan yang lain.


Bahan Galian Industri

Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya
Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut :
a.      Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen,
kelompok ini dapat dibagi menjadi :Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping : Batugamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan gipsum.   Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya : bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan, felspar.


b.   Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian, perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice.

c.   Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam & ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes

d.   Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu & endapan letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu

e.    Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal : barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.

f.    Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit, marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.

 2.2.2. Penggolongan bahan galian industri berdasarkan pemanfaatannya

Sebagaimana telah dituliskan pada bagian sebelumnya, bahan galian industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang digunakan sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan / bahan galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri akan bertambah jenisnya.

Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan oleh para ahli, namun sampai saat ini masih terus didiskusikan. Para ahli tersebut umumnya, mengelompokkan Bahan Galian Industri berdasarkan pemanfaatannya, misalnya Noetsaller (1988) "Profile of Industrial Minerals by End-uses Classes", dan lain-lain.



Manfaat bahan galian berdasarkan klasifikasinya dan lokasinya di indonesia

Pemanfaatan bahan galian adalah langkah positif yang tak terhindarkan untuk mencukupi kebutuhan yang telah di tentukan oleh harga pasar mineral yang selalu mendorong upaya eksploitasi bahan galian semaksimal mungkin. Bahan galian A yaitu memiliki sifat sangat strategis dan memiliki nilai bagi negaraAspal

Tambang aspal terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal juga dihasilkan oleh Permigan Wonokromo, Jawa timur, sebagai hasil pengolahan minyak bumi.

    Kobalt
    Deskripsi fisik yang ditunjukkan kobalt adalah bersifat brittle, keras, dan merupakan transisi logam dengan magnet. Kobalt juga terdapat dalam meteorit. Endapan mineralnya dijumpai di Zaire, Morocco dan Canada. Cobalt-60 (60Co) dapat membentuk isotop buatan dengan tembakan sinar gamma (energy radiasi tinggi). Garam kobalt salts berwarna biru gelap dan seperti gelas atau bening. Banyak digunakan dalam industri. Digunakan juga untuk bahan dasar perasa makanan yang mengandung vitamin B12 dalam kadar yang tinggi.

 
    Batubara     

Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang tertimbun hingga berada dalam lapisan batu-batuan sediment yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolent yang terbagi menjadi dua, yaitu prose biokimia dan proses metamorfosis

Daerah-daerah penghasil batubara adalah :

    Bukitasam : Pusatnya di Tanjungenim, Sumatra Selatan.
    Kotabaru : Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
    Sungai Berau : Pusatnya di Samarinda, Kalimantan Timur.
    Umbilin : Pusatnya di Sawahlunto, Sumatra Barat

Selain itu, tambang batubara terdapat juga di Bengkulu, Jawa Barat, Papua dan Sulawesi Selatan. Tambang batubara dusahakan oleh PN Batubara.

    Minyak bumi 
Minyak bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danau-danau, teluk-teluk, rawa-rawa dan laut-laut dangkal. Sesudah mati mikroplankton berjatuhan dan mengendap di dasar laut kemudian  bercampur dengan sedimen. Akibat tekanan lapisan-lapisan atas dan pengaruh panas magma, dan terjadilah proses destilasi hingga terjadi minyak bumi kasar.

    Tambang Minyak Bumi
Tambang minyak bumi antara lain terdapat di :

    Babo : Papua
    Cepu : Jawa Tengah
    Delta Sungai Berantas : Jawa Timur
    Dumai : Riau
    Kembatin : Kalimantan Tengah
    Kepulauan Natuna : Riau
    Klamano    : Papua
    Lhokseumawe : DI Aceh
    Majalengka : JawaBarat
    Peureuk    : Jawa Barat
    Plaju : Sumatra Selatan
    Pulau Bunyu : KalimantanTimur
    Pulau Seram : Maluku
    Pulau Tarakan : Kalimantan Timur
    Pulau Tenggara : Maluku
    Surolangun : Jambi
    Sorong : Papua
    Sungai Gerong : Sumatra Selatan
    Sungai Mahakam : Kalimantan Timur
    Sungai Paking : Riau
    Tanjungpura : SumatraUtara

    Pabrik Pengolahan Minyak Bumi
Pabrik pengolahan minyak  bumi antara lain terdapat di :

    Balikpapan : Kalimantan Timur
    Cepu : Jawa Tengah
    Cilacap    : Jawa Tengah
    Pangkalan Brandan : SumatraUtara
    Plaju : Sumatra Selatan
    Sungai Gerong : Sumatra Selatan
    Wonokromo : Jawa Timur
Hasil Olahan Minyak Bumi
Dari minyak bumi dapat diolah menjadi bensol, bensin. Minyak tanah, premium, vaselin, parafin, malam, malariol, kerosin dan aspal.
Pelabuhan-Pelabuhan  Minyak
Pelabuhan minyak terdapat di Balikpapan, Pangkalansusu, Plaju,Pulau Sambu. Samudrapura, Sabang, Sungai Gerong, Tanjung Perak. dan Tarakan.

    Pengusaha Nasional dan Asing Minyak Bumi di Indonesia 
 Pengusaha nasional Pertamina (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional) dan Permigan. Pengusaha asing PT Caltex (California Texas Oil Company). PT Stanvac Indonesia (PTSI) dan NNGPM (Nederlandse New Guinea Petralium Maatcappy).

    Timah
    Tambang timah terdapat di :
    Bangkinang : Riau    
    Dabo : Pulau Singkep
    Manggar : Pulau Belitung
    Sungai Liat : Pulau Bangka
    Pabrik pelabuhan bijih timah terdapat di Muntok (Pulau Belitung)

    Nikel
Terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti dan di Kolaka. Dapat digunakan dalam baja tahan karat dalam pipa tekanan tinggi yaitu pada bagian automotif dan mesin.Nikel banyak terdapat di Kalimantan Barat, Maluku, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

    Gas Alam
Gas alam merupakan campuran beberapa hidrokarbon dengan kadar karbon kecil yang digunakan sebagai bahan baker. Ada dua macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu LNG ( liquefied natural gas ) dan LPG ( liquefied petroleum gas). Gas alam terdapat di Arun (Di Aceh) dan Bontang (Kalimantan). Gas alam Juga terdapat di daerah Jawa Barat, Sumatra Utara, dan Sumatra Selatan.

    Uranium

Uranium adalah bahan yang bersifat radioaktif. Uranium telah digunakan untuk membuat bom atom. Sekarang uranium digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dan menjadi bahan bakar yang berharga.

Bijih uranium tersebut diolah menjadi bubuk kuning untuk diangkut. Kemudian bubuk kuning itu diolah menjadi bentuk-bentuk yang berlainan sesuai dengan penggunaannya. Uranium digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir dan digunakan sebagai isotop radioaktif untuk mengobati orang yang sakit kanker.

    Bahan galian B yaitu golongan bahan galian vital yang memiliki nilai ekonomis tang tinggi.

    Bauksit
    Bauksit adalah bahan baku almunium. Tambang bauksit terdapat di pulau Bintan (Riau) dan Singkawang (Kalimantan Barat). Selain itu, terdapat pula di Kalimantan Tengah.
    Emas
    Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat
    Sistem Kristal : Isometrik
    Warna : Kuning – Emas
    Goresan : Kuning
    Kilap : Metalik
    Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan ujung yang tajam ).
    Kekerasan : 2,5 – 3
    Berat jenis : 19,3
    Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.
 Intan
 Tempat Ditemukan : Martapura, Kalimantan
 Sistem Cristal : isometrik.
 Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih
 sampai putih kebiruan, jingga, merah muda, biru, merah, hijau, atau hitam.
 Goresan : putih
 Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.
 Kekerasan : 10
 Berat jenis : 3,50
 Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya-flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai. 
 Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batu permata.     
Belerang
Belerang digunakan sebagai bahan obat patek dan korek api. Tambang belerang terdapat di gunung Patuha (Jawa Barat) dan Gunung Welirang (Jawa Timur). Selain itu, terdapat pula di Jambi, Jawa Tengah, dan Sulawesi.
 
 Yodium
Tambang Yodium terdapat di Semarang( Jawa Tengah) dan Jombang (Jawa Timur). Yodium digunakan untuk bahan obat dan peramu garam dapur.
        
Mangan
Tambang mangan terdapat di Kliripan (DI Yogyakarta) dan Tasikmalaya (Jawa Barat). Tambang mangan juga terdapat di Lampung, Maluku, NTB dan Sulawesi Utara.
  
Tembaga
    Tambang tembaga terdapat di :
    Cikotok    : JawaBarat
    Kompara    : Papua    
    Sangkarapi : Sulawesi Selatan
    Tirtamaya : Jawa Tengah

    Selain itu, terdapat juga di daerah Jambi dan Sulawesi Tengah.
    Sistem cristal : isometrik.
    Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
    Goresan : Merah metalik.
    Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli
    Kekerasan : 2,5 – 3.
    Berat Jenis : 8,94.

    Genesis : sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ. Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel).

    Perak, Ag
    Tempat ditemukan : Irian Jaya
    Sistem Kristal : Isometrik.
    Warna : Putih – Perak
    Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.
    Belahan dan Pecahan : Tak – ada
    Kekerasan : 2,5 – 3.
    Berat Jenis : 10,5.

    Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zone oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Barasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismut nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uraninit dan mineral- mineral nikel-kobalt.

    Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi.

    Bismut, Bi
    Tempat Ditemukan : -
    Sistem Cristal : Trigonal .
    Warna : Putih perak dan corak kemerahan.
    Goresan : putih – perak berkilau.
    Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 0001 ).
    Kekerasan : 2 – 2,5.
    Berat jenis : 9,7 -9,8.
    Genesis : Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama
    bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmati
    Manfaat : Sumber logam bismut ; digunakan dalam sekering listrik, obat dan kosmetik.

    Bahan galian C yaitu golongan bahan galian yang digunakan oleh industri.

    1. Marmer

    Tambang marmer terdapat di Besok, daerah Wijak, Tulungagung (Jawa Timur). Tambang marmer juga terdapat di DI Yogyakarta, Lampung, Papua dan Sumatra Barat.

    2. Garam Batu
    Garam batu digunakan untuk  bahan obat-obatan. Garam batu banyak terdapat di Kepulauan Kei.

    3. Mika
    Tambang mika terdapat di Pulau Paleng (Sulawesi Selatan) dan Donggala (Sulawesi Tengah).

    4. Gips
    Gips banyak digunakan dalam industry keramik. Gips ditambang di daerah Cirebon, Rembang, Kalianget, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.
 
    5. Granit
    Tambang granit terdapat di DI Yogyakarta, Lampung dan Riau.

    6. Asbes
    Tambang asbes terdapat di :
        Kuningan : Jawa Barat
        Papua
        Pulau Halmahera : Maluku
        Pulau Seram : Maluku
 
    7. Grafit
    Tempat Ditemukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
    Sistem Cristal : Heksagonal .
    Warna : Hitam.
    Goresan : Hitam.
    Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
    Kekerasan : 1 – 2.
    Berat jenis : 2,09 – 2,23Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
    Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata. Grafit digunakan sebagai bahan pembuat pensil.
 
    Tras
    Tras adalah sejenis batu truf. Banvak ditampung di Gunung Mulia (Jawa Tengah) dan daerah Priangan (Jawa Barat) selain itu terdapat juga di Sumatra Barat. Tras adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. Kegunaan tras adalah untuk bahan baku batako, industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam. Pada saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, namun secara lokal telah dimanfaatkan penduduk untuk pembuatan batako.



Sekian dulu postingan Bahan Galian industri kali ini Miners blogger 
Semoga bermanfaat buat kalian semuaaaa

Thursday, 9 May 2013

Tambang Terbuka (Surface Mining)

TAMBANG TERBUKA (Surface Mining)


Pengertian Tambang Terbuka


Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar.dan iklim.  Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan.

Metoda ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah.  Walaupun “stripping” dan “quarrying” termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi non-metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dll.


Kegiatan penambangan ini terkadang berada di bawah permukaan tanah, bahkan kedalamannya dapat mencapai ratusan meter seperti pada tambang terbuka tembaga (copper mine) di Bingham Canyon Utah (USA).

Apabila diyakini keberadaan endapan mineral dekat dengan permukaan, hingga dapat dipastikan pemilihan metoda penambangannya adalah tambang terbuka (open pit); hanya perlu dipertanyakan tentang “economic cut off limitnya”, hingga dimungkinkan adanya perubahan metoda penambangan ke arah underground (tambang bawah tanah) bila penyebaran endapan mineral dapat menjamin.

Kebanyakan tambang batubara di Indonesia menggunakan metoda tambang terbuka, oleh karena sebagian besar cadangan batubara terdapat pada dataran rendah atau pada daerah pegunungan dengan topografi yang landai dengan kemiringan lapisan batubara yang kecil (<30°).  Untuk cebakan yang berada di bawah permukaan tetapi relatif masih dangkal, maka metoda penambangan terbuka umumnya akan lebih ekonomis dibandingkan dengan tambang dalam (bawah permukaan).  Dan bila cebakan itu berada jauh di bawah permukaan dengan bentuk yang tidak beraturan, maka mungkin penambangan dengan cara tambang bawah tanah yang masih dianggap ekonomis.

Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan apakah suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang terbuka atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah penutup (waste) yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat ditambang.  Perbandingan ini dikenal dengan istilah “stripping ratio”.  Apabila nilai perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka metoda  tambang terbuka dianggap masih ekonomis.   Sebaliknya apabila nilainya di luar batas keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih.

Beberapa keuntungan yang diperroleh bila menggunakan tambang terbuka diantaranya yaitu:
1. Produksi tinggi
2. Konsentrasi operasi (kegiatan) tinggi
3. Ongkos operasi per ton bijih yang ditambang rendah
4. Kegiatan eksplorasi dan keadaan geologi lebih mudah
5. Leluasa dalam pemilihan alat gali/muat
6. Recovery tinggi
7. Perencanaan lebih sederhana
8. Kondisi kerja lebih baik /karena berhubungan dengan udara luar
9. Relatip lebih aman
10 Pemakaian bahan peledak leluasa dan effisien

Untuk dapat menentukan metoda penambangan apa yang cocok untuk diterapkan maka perlu untuk membandingkan efisiensi ekonomi dari open mining dan underground mining , terkecuali keuntungan dari salah satu metode sudah terlihat jelas.

Karakteristik dasar yang digunakan dalam evaluasi ekonomi dari tambang terbuka adalah “stripping ratio” , yaitu besarnya volume dari over burden yang digali per unit ore yang diperoleh.

Dalam penambangan open pit , perlu dihitung ongkos untuk pembuangan waste over burden dan waste dari country rock. 

OPEN PIT SECTION 


1.    overburden cover
2.  waste (country rock)
3.    ore body

Perbandingan antara waste dan ore oleh karenanya merupakan faktor kontrol dalam membandingkan ongkos penambangan ore berdasar open pit dengan metode underground.



Konsep Dan Teknik Metoda  Tambang Terbuka


Agar diperoleh hasil yang diharapkan maka sebelum membuka suatu tambang perlu dipahami terlebih dahulu konsep penambangan beserta prosedur rencana penambangan yang benar.

Sejumlah kriteria untuk mendesain tambang harus ditentukan melalui data (informasi) yang diperoleh dari penyelidikan eksplorasi (drill core specimens).
Untuk dapat menganalisa apakah suatu endapan mineral akan ditambang dengan metoda tambang terbuka atau tambang bawah tanah, maka beberapa faktor berikut yang dapat mempengaruhinya seperti:
1. Ketebalan dan sifat fisik dari overburden dan country rock.
2. Ketebalan, bentuk, konfigurasi, serta struktur dari mineral deposit.
3. Posisi terhadap ground surface, sudut kemiringan
4. Kondisi hidrologi
5 Kemudahan mendapatkan fasilitas teknik untuk pelbagai pekerjaan tambang (macam energi dan peralatan) misal drilling, alat muat dan alat transport.
6. Keadaan iklim yang lazim pada daerah penambangan
harus dikaji secara cermat.

Pada waktu ini isu tentang lingkungan perlu diterapkan dipelbagai bentuk usaha termasuk usaha pertambangan yang cukup dikenal sangat merusak lingkungan.  Upaya untuk menerapkan teknologi penambangan yang berwawasan lingkungan harus diperhitungkan pada tahap kegiatan “feasibility study”  (studi kelayakan) untuk pembukaan suatu tambang.

Reklamasi tambang (pendayagunaan kembali lahan yang rusak akibat penambangan) haruslah direncanakan pada awal sebelum kegiatan tambang dimulai.


Endapan mineral yang cocok untuk Tambang Terbuka


Beberapa endapan berikut cocok ditambang dengan menggunakan metoda tambang terbuka:

a)  Endapan-endapan eluvial ,  yang diendapkan dekat tempat asalnya  (<10 km)
    Umumnya diketemukan dekat permukaan bumi (cadangan sedikit) 
b) Alluvial deposit (lanjutan eluvial).  Endapan eluvial yang mengalami pelapukan dan ditransport jauh dan diendapkan dekat permukaan bumi bersifat lepas (loose) contoh pasir (cadangan banyak). 
c)  Endapan yang letaknya horizontal (sedikit miring dengan kemiringan (1-5%) disebut horizontal deposit (bedded/ tabular) contoh endapan batubara, KCl, NaCl, KNO3. terbentuk secara sedimenter, luas letaknya kedalamannya tidak tentu.

d) Endapan yang berrbentuk “vein yang tebal” dan tersingkap dengan overburden yang tipis (1-2m).

Keadaan daerah penambangan, terutama kondisi endapan dan batuan sekitarnya sangat perlu diketahui secara rinci dan cermat (dengan melalui kajian geologi dan geoteknik) sebelum membuka suatu tambang.

Desain penambangan yang cermat dan brsifat menyeluruh (yang menyangkut segi teknik, ekonomi, dan lingkungan) merupakan syarat utama yang harus dipahami dengan baik dalam merencanakan pembukaan suatu tambang.

Ultimate pit slope design (desain bukaan tambang akhir) yang baik (ekonomis , memiliki recovery tinggi, aman) sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan geoteknik daerah penambangan.  Kemiringan bukaan tambang (pit slope) hendaklah berdasarkan analisis kemantapan lereng yang cermat (slope stability analysis).

Data yang perlu diketahui dalam prencanaan (desain) suatu tambang terbuka diantaranya:
-    Dalamnya dan ukuran tambang pada akhir operasi.
-    Lamanya tambang akan berapa lama
-    Laba yang diinginkan
-    Kemiringan tambang (pit slope) yang dibolehkan
-    Cut off grade berapa yang boleh diambil
-    Harus diteentukan economic stripping ratio
-    Mengetahui sifat-sifat batuan (ore, country rock)
-    Peta topografi yang tepat (terakhir)
-    Keadaan endapan bijih, bentuk, ukuran,kadar, cadangan
-    Keadaan lapisan tanah penutup / over burden (sifat fisik, jumlah)
-    Harga pasaran produk yang akan ditambang
-    Macam-macam alat yang diperlukan.

Semua data tersebut di atas hendaknya dimiliki secara lengkap untuk dapat memulai pekerjaan pembukaan tambang agar diperoleh maximum recovery.

Juga beberapa hal berikut perlu dicermati dalam perencanaan pembukaan suatu tambang terbuka:
-    Ultimate and operational pit slope (tata letak dan rencana bukaan tambang)
-    Penentuan target produksi awal dan pekerjaan development
-    Jadwal produksi batubara dan jadwal stripping over burden
-    Rencana penggalian dan pembuangan waste
-    Rincian peralatan dan kebutuhan tenaga kerja
-    Perhitungan ongkos
-    Rencana dan jadwal penggantian alat-alat utama sepanjang umur tambang.

 Demikian dulu postingan Tambang Terbuka kali ini sahabat Miners blogger
Semoga bermanfaat Buat kalian semua