Rancangan Teknis
Penambangan
Rancangan teknis
penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan tambang. Rancangan
penambangan ini merupakan program penambangan yang akan dikerjakan dan telah
diberikan batas-batas serta aturan tegas yang harus dipenuhi dalam setiap
aktivitasnya sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan tambang tersebut.
Setelah menganalisa
dasar dari pemilihan sistem penambangan, maka dibuat suatu rancangan
penambangan atau teknis pelaksanaan penambangan tersebut. Analisa yang dibuat
berupa metode penambangan yang akan diterapkan.
Persiapan Penambangan
Persiapan penambangan
merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas penambangan. Persiapan
penambangan ini berupa pembersihan areal yang akan ditambang (land clearing) dan pembuatan jalan
tambang.
Pembersihan lahan
adalah suatu pekerjaan tahap awal pada kegiatan penambangan. Pembersihan lahan
ini dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak belukar yang tubuh di
sekitar areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk ke tambang atau
pembuatan jalan angkut.
Rencana Jalan Angkut
Fungsi utama dari
pembuatan jalan angkut ini adalah sebagai sarana transportasi untuk menunjang
kelancaran kegiatan penambangan terutama kegiatan pengangkutan. Yang terpenting
di dalam perencanaan jalan ini adalah geometrik jalan yang meliputi; lebar
jalan, kemiringan jalan (grade),
jari-jari belokan (tikungan) dan superelevasi, cross slope dan jarak angkut.
a.
Lebar
Jalan Angkut Tambang
Lebar
jalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Lebar Jalan Angkut Pada Jalur Lurus
Untuk menentukan lebar jalan pada jalan lurus diambil standar dengan
memperhitungkan lebar dari alat angkut yang digunakan, menurut penelitian Aasho
Manual Rural High Way Design untuk jalan lurus pada tepi kiri dan kanan
ditambah setengah dari lebar truck.
Untuk mendapatkan lebar jalan digunakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) . (½.Wt
Dimana:
L min = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n = Jumlah lajur
Wt = Lebar alat angkut (meter)
Dengan menggunakan rumus di atas, lebar jalan lurus
dianggap aman, pada saat alat angkut berpapasan, tidak saling menyerempet
dengan yang lain pada saat pengangkutan berlangsung.
Lebar Jalan Angkut Pada Belokan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu
lebih besar daripada lebar jalan lurus.
Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan
didasarkan atas :
a.
Lebar
jejak ban,
b.
Lebar
juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian
depan dan belakang pada saat membelok,
c.
Jarak
antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan, dan
d.
Jarak
antara dua truck terhadap tepi jalan
(jarak dari kedua tepi jalan).
Wmin = N (U + Fa + Fb + Z) + C
C =
(U + Fa + Fb) / 2
Dimana :
Wmin = Lebar jalan angkut minimum
pada belokan (meter)
U
= Lebar jejak roda kendaraan (center
to center tires) (meter)
Fa = Lebar juntai (overhang)
depan (meter)
Fb = Lebar juntai belakang
(meter)
Z = Jarak sisi jalan ke sisi
luar kendaraan (meter)
C = Jarak antar kendaraan (total
lateral clearance) (meter)
N = Jumlah jalur
b.
Kemiringan
Jalan
Kemiringan
jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut baik dalam
pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan dan sangat menentukan kemampuan
alat. Bila kendaraan melalui jalan yang menanjak maka timbul gaya yang melawan
arah gerak kendaraan. Sebaliknya jika kendaraan melewati jalan yang menurun,
maka gaya berat akan membantu gerak kendaraan. Gaya ini disebut grade resistance yang tergantung
besarnya kemiringan jalan dan berat kendaraan. Untuk menentukan kemiringan atau
grade jalan, digunakan ketentuan kemiringan jalan untuk masing-masing alat
angkut yang besarnya dinyatakan dalam persen kemiringan, di antaranya sebagai
berikut:
Lori
3% - 15%
Truck
7% - 35%
Belt
conveyor 35% - 50%
A.
Desain Jenjang
Karena letak batubara
berada di lapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh lapisan tanah penutup,
maka untuk mencapai lapisan bijih itu biasanya dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang yang dibuat harus
mampu menampung dan mempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada saat
aktivitas pengupasan tanah penutup dan pengambilan bijih.
Dimensi suatu
jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi yang diinginkan,
peralatan mekanis yang digunakan, material yang digali, jenis pembongkaran dan
penggalian yang dipergunakan dan batas kedalaman penggalian atau tebalnya
lapisan batubara, serta data sifat mekanik dan sifat fisik batuan untuk kestabilan
lereng. Dimensi dari jenjang adalah sebagai berikut:
a. Panjang jenjang
Panjang
jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari areal
penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang direncanakan. Pada
dasarnya adalah alat-alat mekanis yang digunakan mempunyai ruang gerak yang
cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya.
b. Lebar jenjang
Lebar
jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat mekanis dalam
beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat angkut. Untuk
perhitungan
lebar jenjang yang sangat dipengaruhi oleh alat-alat mekanis yang digunakan,
metode yang dipakai untuk penentuan dimensi jenjang adalah “US Army Engineers (1967)” dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
W min = Pm + Pa
+ JA
Dimana :
Wmin
= Lebar minimum bench (meter)
Pm =
Panjang alat gali/muat (meter)
Pa = Panjang alat angkut (meter)
JA =
Jarak aman dari pinggir bench (biasanya diambil 3 meter)
c.
Tinggi
jenjang
Tinggi
jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke puncak jenjang
tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari faktor keamanan suatu lereng
dan tinggi maksimum penggalian dari alat gali yang digunakan.
B.
Penggalian,
Pemuatan dan Pengangkutan
Pembongkaran
adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya baik
dengan cara penggalian dengan menggunakan alat gali maupun dengan cara pemboran
dan peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan dapat dengan
mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah memuat material
ke alat angkut.
Pemuatan adalah
kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point yang bertujuan
untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik pada
disposal area atau stock pile.
Banyaknya
material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masing-masing alat
dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan yang dikemukakan oleh Partanto
Projosumarto, 1993 sebagai berikut :
a.
Produksi
Alat Mekanis
Produksi alat garu /
dorong bulldozer
Kapasitas
produksi Bulldozer dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = (Kb x SF x Eff x 60
menit) / CT (menit)
Dimana
:
P = Produksi alat mekanis (bcm/jam)
Kb = Kapasitas Bilah (m3)
SF =
Swell Factor (%)
Eff = Efisiensi kerja (%)
CT = Cycle time (menit)
Produksi alat muat
Produksi alat muat pada pemuatan material ke atas alat
angkut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keseragaman ukuran butir material
yang akan dimuat, kemampuan operator, ketersediaan stock material yang akan
dimuat (hasil pembongkaran). Faktor-faktor ini
secara langsung memengaruhi waktu edar alat muat dalam melakukan satu siklus
pemuatan dan juga jumlah material yang terambil ke dalam bucket alat muat.
Sehingga
untuk memperoleh jumlah material yang dihasilkan perlu dikoreksi dengan
memperhitungkan jumlah faktor pengisian untuk tiap kali melakukan pengisian
bucket.
Untuk menghitung kemampuan produksi alat muat tersebut
digunakan pendekatan sebagai berikut :
Untuk
menghitung kemampuan produksi dari alat muat, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
P = (Kb x SF x Eff x Ff
x 60 menit) / CT (menit)
Dimana
:
P = Produksi alat mekanis
(bcm/jam)
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
SF =
Swell Factor (%)
Eff = Efisiensi kerja (%)
Ff = Fill Factor (%)
CT = Cycle time (menit)
Produksi alat angkut
Produktifitas pada pengangkutan juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a.
Pada
saat pengisian material ke alat angkut akan terjadi pertambahan volume
material.
b.
Keadaan
jalan pengangkutan.
c.
Kemampuan
operator dan jumlah alat angkut yang digunakan.
Untuk menghitung jumlah produksi pengangkutan material
dengan menggunakan alat angkut dump truck digunakan pendekatan sebagai berikut
:
P = (Kb x Eff x 60
menit) / CT (menit)
KB = (Kb x Ff x Sf) x n
Dimana :
P = Produksi alat angkut (bcm / Jam)
KB = Kapasitas bak (m3)
Eff = Efisiensi kerja (%)
Kb = Kapasitas bucket (m3)
Sf = Swell factor (%)
Ff = Fill factor (%)
n = Jumlah pengisian
CT = Cycle time (menit)
b.
Menentukan
Jumlah Alat
Dari
hasil perhitungan kemampuan produksi alat mekanis, maka jumlah alat yang
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan penambangan sesuai dengan target produksi
yang ingin dicapai dapat ditentukan. Untuk menentukan jumlah peralatan yang
diperlukan, maka digunakan rumus sebagai berikut :
N =
T/P
Dimana:
N = Jumlah alat
T
= Target produksi
P
= Produksi alat
Kepada Yth.
ReplyDeleteBagian Ekspor - Import & Domestics
Dengan Hormat,
Perkenalkan kami dari importundername.com PT.MEGATON SAMUDERA ASIA International Freight Forwarding, melayani pengirimam dengan pembelian EX WORKS, FOB, C&F, CIF, dari seluruh Negara dan service yang kami tawarkan sebagai berikut :
Ø Sea and Air Cargo Service
Ø Customs Clearance Service
Ø International Courier Services
Ø Jasa Import Door To Door
Ø Import Borongan Mesin Bekas
Ø Undername Import KUOTA SPI Biji Plastik
Ø Undername Import KUOTA SPI Besi & Baja
Ø Borongan ( All-In )
Ø Undername (Penyewaan Consegnee)
Demikianlah Penawaran Jasa ini kami ajukan Kepada Perusahan yang Bpak/Ibu Pinpin Semoga terjalin kerjasama dengan Baik Untuk yang akan datang, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
PT.MEGATON SAMUDERA ASIA Jasa Forwarder Import , Jasa Import Door to Door dan sewa Undername Perusahaan
Gedung Pembina Graha Lt. 02 Room. 221
Jl.D.I Penjaitan No.45 Rawa Bunga Jakarta 13350
Contact :
Tlp : +62 21 – 8591 7799
Fax : +62 21 – 2232 6705
Web : www.importundername.com
Web : www.msalogistics.co.id
Web : www.undernameimport.com
Web : www.profesionalcustoms.com
BP. ZAIN
Hp.Wa 08124888854
Hp.Wa 08122223856