Breaking News

Tuesday, 18 February 2014

Metode dan Pengolahan Tambang Emas

Pengolahan tambang emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas (ekstraksi). Bijih emas dikategorikan dalam 4 ( empat ) kategori :
  • Bijih tipis dimana kandungannya sebesar 0.5 ppm
  • Bijih rata-rata ( typical ) dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam galian terowongan terbuka yakni kandungan 1 -5 ppm
  • Bijih bawah tanah/harrdrock dengan kandungan 3 ppm 
  • Bijih nampak mata ( visible ) dengan kandungan minimal 30 ppm
Metode dan Pengolahan Tambang EmasMenurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).
Di dunia pertambangan mengenal dua metode eksplorasi tambang, pertama metode tambang bawah tanah (underground mining) dan kedua metode tambang terbuka (surface mining). Kedua metode penambangan emas tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas.


Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua type.

  1. Endapan primer / Cebakan Primer

    Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
  2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder

    Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi, transportasi dan sedimentasi  (terendapkan karena berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer  menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit).
Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka (surface mining) maupun tambang bawah tanah (underground minning). Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka. 

Cebakan Primer

Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground), dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi.
Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik penambangan antara lain :
  1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
  2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
  3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran ( dilution ).
  4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping.
  5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
  6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit diprediksi.
  7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.

Cara penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha, Pongkor-Bogor; Gunung Peti, Cisolok-Sukabumi;  Gunung Subang, Tanggeung-Cianjur; Cikajang-Garut; Cikidang, Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo; Selogiri-Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado; Batu Gelas, RataTotok-Minahasa; Bajuin-TanahLaut; Perenggean-Palangka Raya; Ketenong-Lebong;  dan lain-lain. Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.


Sekian dulu postingan kali ini miners blogger 
Semoga bermanfaat buat kalian semua 
#salamtambang

Hasil Tambang Yang bersal dari indonesia

Daftar hasil tambang Indonesia berikut ini, hanya sedikit dari melimpahnya hasil bumi yang berada pada negara kita. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, menyimpan kekayaan alam yang melimpah ruah dan tersebar pada gugusan pulau-pulaunya dari Sabang sampai Merauke.

Hasil Tambang indonesia
Bahkan, banyak wilayah-wilayah tertentu pada negara kita yang berpotensi menjadi penghasil barang tambang terbaik namun belum mampu untuk berkembang.
 

Hasil Tambang Indonesia

1. Batubara

Di Indonesia memiliki daerah penghasil batubara yang tersebar di nusantara seperti Bukitasam di Tanjungenim, Sumatra Selatan, Kotabaru (Pulau Laut) di Kalimantan Selatan, Sungai Berau di Samarinda, Kalimantan Timur dan Umbilin yang berpusat di Sawahlunto Sumatra Barat. Hasil tambang Indonesia berupa batubara ini, diusahakan oleh PN Batubara yang terdapat juga di Bengkulu, Jawa Barat, Papua, dan Sulawesi Selatan.


2. Emas dan Perak

Dada banyak tanbang emas dan perak di Indonesia, yang bisa ditemukan di Bengkalis (Sumatra), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Cikotok (Jawa Barat), Meuleaboh (Aceh), Rejang Lebong (Bengkulu). Emas dan perak memiliki nilai tukar yang cukup tinggi sehingga banyak pertambagan liar dilakukan.


3. Fosfat

Fosfat terbentuk dari persenyawaan pada kotoran kelelawar yang tercampur dengan dengan batu kapur yang sangat diperlukan dalam industri pupuk. Penambangan fosfat banyak terdapat di Bogor, Pangandaran (Jawa Barat) dan Gombong, Purwokerto, Jepara, Rembang, bojonegoro (Jawa Tengah).


4. Aspal

Pertambangan aspal banyak ditemui pada Pulau Buton (Sulawesi Tenggara), dihasilkan juga oleh Permigan Wonokromo (Jawa Timur) yang merupakan hasil olahan dari jenis minyak bumi.


5. Bijih Besi

Barang tambang Indonesia berupa bijih besi cukup banyak tersebar di wilayah Indonesia, Cilacap pasir besi (Jawa Tengah), Cilegon (Banten), Longkana dan Peg. Verbeek (Sulawesi Tengah), Pulau Dermawan  Pulau Sebuku dan Pulau Suwang (Kalimantan Selatan). Pengolaha bijih besi dilakukan oleh PT Krakatau Steel, Cilegon – Jawa Barat.


6. Belerang

Belerang banyak ditemukan pada daerah pegunungan dan digunakan sebagai bahan obat patek dan korek api. Penembangan belerang terdapat di Gunung Welirang (Jawa Timur), Jambi, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara.


7. Intan

Hasil tambang Intan di Indonesia banyak hampir berpusat di pulau Kalimantan dan tempat pengasahannya terletak di Martapura (Kalimantan Selatan), Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.


 8. Gas Alam

Gas alam banyak digunakan dalam berbagai industri yang juga banya terdapat di daerah Arun (DI Aceh), Bontang (Kalimantan dan juga tersebar di daerah Jawa Barat, Sumatra Utara dan Sumatra Selatan.


9. Alumunium

Pertambangan alumunium banyak dilakukan pada provinsi papua untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan peralatan dapur, mebel, dan perkakas lain karena sifatnya yang ringan dan mudah dibentuk.


10. Gips

Pada industri keramik, gips telah banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatannya. Barang tambang gips di Indonesia, terdapat di daerah Cirebon, Rembang, Kalianget, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.

Hasil Barang Tambang Indonesia

Hasil tambang di Indonesia memang bisa dianggap melimpah ruah dan bisa dikatakan dapat menjadi kekuatan ekonomi negara kita. Tapi jika melihat dari kenyataan yang terjadi, hal tersebut sangat jauh dari. Pengelolaan yang buruk menjadi kelemahan kita untuk membuat barang tambang Indonesia, menjadi komoditi ekspor ekonomi yang sangat menjanjikan. Perlu pembenahan secara serius dalam pengelolaan barang tambang, untuk menciptakan perekonomian yang maju dengan hasil barang tambang dari negeri sendiri.

Sekian dulu postingan kali ini miners blogger
 Semoga bermanfaat buat kalian semua
 #salamtambang