·
MEMAHAMI
DASAR-DASAR ILMU UKUR TANAH
Simbol peta
Peta selalu
dilengkapi dengan pemberian simbol-simbol yang merupakan generalisasi dari
suatu benda atau bidang sebenarnya. Simbol hendaknya mudah digambar dan dibaca
oleh pembaca peta atau users serta usahakan dibuat semenarik mungkin. Untuk
lebih membuat simbol dan peta lebih menarik biasanya simbol-simbol tersebut
diberi warna atau colouring. Simbol-simbol yang ditempatkan pada sebuah peta
dapat dianalisa dan dapat menentukan tema dari peta tersebut.
Dalam buku
“Desain dan Komposisi Peta Tematik” karangan Juhadi dan Dewi Liesnoor,
disebutkan bahwa syarat simbol yang baik secara umum adalah:
1.
Sederhana
2.
Mudah digambar
3.
Mudah dibaca
4.
Mencerminkan data dengan teliti
5.
Berbentuk seragam dalam suatu peta ataupun peta seri
6.
Bersifat umum
Simbol pada
dasarnya terbagi menjadi dua, antara lain:
Berdasar atas bentuknya:
1. Simbol titik
2.
Simbol garis
3.
Simbol luasan
Berdasar atas arti atau sifatnya:
1. Simbol
kualitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan sebenarnya apa yang digambarkan
dengan bentuk yang lebih sederhana. Simbol ini hanya mewakili unsur yang
dimaksud baik berupa titik, garis, maupun luasan.
2. Simbol
kuantitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan sebenarnya apa yang
digambarkan dengan bentuk yang lebih sederhana dengan disertai dengan nilai
atau kuantitasnya. Nilai atau kuantitas tersebut dapat menunjukkan ketinggian,
jumlah, luas, dan sebagainya.
Simbol titik sendiri dapat terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Simbol
Geometrik atau Abstrak, Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan
muka bumi dengan bentuk yang abstrak, yang mudah digambar namun agak sulit
diketahui maksudnya.
2. Simbol
Piktorial, Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi
dengan bentuk yang mirip atau identik dengan bentuk asli kenampakan tersebut.
3. Simbol Huruf
(Letter Symbol), Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka
bumi yang khas atau khusus dengan huruf. Penggunaan simbol tersebut disesuaikan
pula dengan jenis peta. Simbol ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan
sangat mudah di pahami, namun kebanyakan simbol ini kurang memiliki nilai
keindahan ataupun kurang begitu artistik.
Simbol garis
merupakan simbol yang digunakan untuk mewakili kenampakan muka bumi yang berupa
garis, perhubungan, pemisahan, serta gerakan atau arus. Simbol dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Simbol garis
deskriptif yaitu simbol garis yang digunakan untuk menyatakan unsur yang
sesungguhnya ada, bentuknyapun biasanya mirip dengan sesungguhnya
2. Simbol garis
abstrak yaitu simbol garis yang digunakan untuk menyatakan unsur yang tak
tampak, bentuknya menyesuaikan. Contoh:
- – - – - – - –
- - : batas kecamatan
++++++++++ :
batas provinsi
—————— : jalan
setapak
Begitu pula
dengan simbol luas, dibagi menjadi 2, antara lain:
1.
Simbol luas yang deskriptif
2.
Simbol luas yang abstrak
·
APLIKASI
UKUR TANAH DAN PENENTUAN POSISI
Sudut mendatar dan sudut vertical
Sudut
lurus dan sudut jurusan, dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Misalkan
: P1 - P0 = N 45 ° E (azimuth)
Pembacaan sudut Hr. P1 - P0 = 085°
20" 15" (BS)
Pembacaan sudut Hr. P1- P2 = 162°
40' 30" (FS)
Sudut lurus P0P1P2 =
bacaan ke muka (FS) - bacaan kesudut belakangBS)
Sudut lurus P0P1P2 = 162°
40' 30" - 085° 20' 15 "
Sudut lurus P1P2 (azimuth)
= SJ. P0-P1 + SL.
P0P1P2
-180°
= (45°+
180°) + 77° 20' 15" -180
= 121°20'15"
Beda tinggi
Pengukuran dengan
menyipat datar / leveling / water pass dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila beda
tinggi (h) diketahui antara titik
A dan B, Sedangkan titik A diketahui sama dengan Ha, dan titik B
terletak lebih tinggi dari
titik A, maka tinggi titik B adalah : Hb : Ha + h
Teropong
; Alat ini
berfungsi untuk membidik dan
memperjelas sasaran / objek yang akan
diukur. Alat ini terdiri dan lensa
objektif, lensa
okuler dan
lensa diafragma serta
dilengkapi dengan visir untuk membidik
sasaran secara kasar.
Nivo
;
Merupakan alat bantu untuk membuat sumbu
satu tegak lurus sumbu dua dan seballiknya.
Ada dua jenis nivo yakni nivo kotak dan nivo tabung.
Sekrup Pengatur ; Terdiri dan sekrup penajam objek / tromol pengatur fokus
terletak di bagian
samping teropong, berfungsi
untuk memperjelas
sasaran yang akan diukur.
Sekrup Penajam Benang
Diafragma ;
Terletak di bagian ujung belakang teropong ( Lensa Okuler), berfungsi
untuk mengatur supaya benang silang terlihat jelas (benang atas, benang
tengah dan benang bawah).
Sekrup
Pendatar ;
Terdiri dan tiga sekrup terletak di
bagian paling bawah pesawat ukur, berfungsi untuk mendatarkan plat bagian bawah
alat ukur yang akan ditandai oleh posisi gelembung tepat berada di tengah nivo kotak.
Sekrup Geser Horizontal
;
Terletak dibagian bawah alat, berfungsi untuk menggeser secara halus teropong ke arah
horizontal agar sasaran yang akan
dibidik tepat berada pada garis bidik.
Sekrup Pengunci ; Terletak pada
bagian bawah alat berfungsi untuk menguatkan / mengunci kedudukan alat ukur diatas statif.
Alat bantu penting
lainnya :
Statif
; Sering disebut kaki tiga, berfungsi sebagai tempat
meletakkan pesawat, dilengkapi
dengan tiga sekrup pengunci untuk menaik turunkan alat sesuai dengan posisi yang dikehendaki
pengukur/praktikan.
Bak
Ukur/Ranibu ; Terbuat dari kayu/aluminium, berfungsi sebagai alat bantu untuk mengukur beda tinggi dan jarak.
Meteran
; Berfungsi untuk rnengukur jarak di lapangan dari alat
ukur ke patok yang dituju.
Payung ; Berfungsi untuk
melindungi alat,dari sinar matahari dan hujan.
Pengaturan Alat Ukur Sifat Datar
Pasanglah patok pada titik-titik yang telah ditentukan
Pasanglah
statif di bagian tengah antara dua titik yang akan diukur dengan terlebih
dahulu melonggarkan sekrup pengunci pada statif, aturlah kedudukan lempeng pada posisi mendatar selanjutaya tancapkan ketiga kakinya dengan cara menekan
dengan kaki agar statif tidak mudah
tergeser.
Pasanglah
Water Pass di atas statif dan kuatkan sekrup pengunci agar alat tidak mudah jatuh atau tergeser.
Buatlah
atau aturlah gelembung nivo tepat berada ditengah-tengah dengan memutar sekrup penyetel. Putarlah nivo
pelan-pelan 180° . Bila setelah pemutaran ini gelembung nivo tidak lagi
di tengah-tengah, tetapi pindah ke arah
pinggir, maka kembalikan gelembung setengahnya ketengah-tengah dengan memutar
sekrup penyetel, dan setelah itu gelembung di tengahkan lagi dengan
memutar sekrup koreksi nivo.
Pelaksanaa Pengukuran Sipat Datar
Bidiklah bak ukur belakang dan baca benang atas, tengah,
bawah, catatlah pada label
dan ukur jarak horisontal dari intrumen ke bak ukur dengan rol meter.
Apabila
beda tinggi antara dua titik yang diukur lebih besar dan 3 meter, maka gunakanlah titik bantu.
Untuk mengoreksi bacaan benang bacaan benang silang,
gunakanlah rumus sebagai
berikut :
BT =
(BA+BB)
2
Untuk mencari jarak horizontal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
§ Cara 1 , Dengan menggunakan rol meter, dan
§
Cara
2 , Secara optis dengan rumus d = ( BA - BB ) X 100 meter
Beda Tinggi ( H )
H = BT belakang - BT muka
Koreksi
beda tinggi (k)
K = h ;
dimana n = jumlah patok
pengukuran
n
Ketinggian Titik (h)
Pada
pengukuran menyipat datar ketinggian titik dapat dihltung sebagai berikut:
H = H awal + h (meter)
Untuk poligon tertutup tinggi awal sama dengan tinggi titik akhir.
Profil Memanjang
Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh di bawah ini:
Diketahui
dari hasil pengukuran dan perhitungan di lapangan adalah :
Jarak Horizontal (d) = D.1 - D.2 = 25 meter
D.2
- D.3 = 10 meter
D.3
- D.4 = 35 meter
D.4
- D.5 = 17 meter
D.5
- D.1 = 21 meter
Ketinggian
(T) = T.I = 50 meter
T.2 = 52
meter
T.3 = 49
meter
T.4 = 54
meter
T.5 = 55 meter
Untuk
mendapatkan % kemiringan gunakanlah rumus sebagai berikut:
% Kemiringan = Selisih Tinggi x 100
Jarak Hosisontal
Beda Tinggi (DH)
DH = ( BA – BB ) x 100 x cos Z +
TA – BT
Dimana : DH = beda
tinggi
TA = tinggi alat theodolit
BT = benang
tengah
Ketinggian = ketinggian
titik +
beda tinggi
Jarak
Jarak
Datar (d), dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti pada
halaman berikut :
D
= ( BA – BB ) x 100 sin2 Z
Dimana : D = Jarak Datar
BA =
Benang Atas
BB =
Benang Bawah
Z =
Zenit / sudut vertical
|
y
|
x
|
Pj adalah :
XPi = XP0
+
YP = YP0 +
terkoreksi
= 100 + (-25) = 150
+(-50)
= 75 meter = 100 meter
Jadi koordinat titik pi
= (75 meter,
100 meter)
Koreksi sudut
Sebelum
menghitung sudut jurusan, terlebih dahulu dilakukan koreksi sudut terutama pada pengukuran poligon tertutup.
Contoh polygon tertutup :
ü Koreksi dilakukan dengan menggunakan rumus :
∑ β = ( n
+ 2 ) x180° ± koreksi, dimana
β = sudut lurus, sudut luar.
Koreksi selisih
koordinat pada poligon tertutup sebagai •berikut
Koreksi
f(x) = ± ∑
ü Koreksi masing-masing sisi poligon :
F’(X) =
x f (x)
Dimana, D =
jarak absis antara dua titik
∑ D = jumlah jarak absis
sehingga
selisih absis (Ax') terkoreksi :
x' =
x ± f’ (x)
PENGOLAHAN
DATA PENGUKURAN
Sudut Terukur
∑β = (n-2)
190 + factor koreksi
Faktor
koreksi =
Sudut Terkoreksi
< abc = < abc ± fk
Total ∑β = (n-2) 180
Perhitungan Azimut
- Perhitungan maju
αawal
2-3-4 =
αawal
2-3-4 = α + 180 - < 5-4-3
αawal 4-5-1
= αawal 3-4-5
+ 180 - < 1-5-4
αawal 5-1-2
= αawal 4-5-1
+ 180 - < 2-1-5
αawal 1-2-3
= αawal 5-1-2
+ 180 - < 3-2-1
αawal 2-3-4
= αawal 1-2-3
+ 180 - < 4-3-2
- Perhitungan mundur
αawal
2-3-4 =
α 4-3-2 = αawal - 180
α 3-2-1 = α 4-3-2 + <3-2-1 – 180
α 2-1-5 = α 3-2-1 + <2-1-5 – 180
α 1-5-4 = α 2-1-5 + <1-5-4 - 180
α 5-4-3 = α 1-4-4 + <5-4-3 - 180
α 4-3-2 = α 5-4-3 + <4-3-2 – 180
Perhitungan Jarak Miring
Jm = ( Benang atas – Benang bawah ) x 100
Perhitungan Jarak Datar
Jd = Jm x ( sin Z
)2
Perhitnungan Beda Tinggi
a. Beda tinggi (
) = jarak datar x cos Z
∑
= ( tanpa memperhatikan ±
)
f
= ( memperhatikan ±
)
b. Koreksi
=
x
( ±
) ( jarak
beda tinggi minus
maka f
h koreksi plush)
∑k
= f
h (jika f
h minus maka ∑
h plush)
c.
h terkoreksi =
h + koreksi
h
∑
hT = O
Perhitungan
Ketinggian
H =
Hawal ±
hT
Perhitungan
Koordinat
1.
Perhitungan
Ordinat
- Selisih ordinat
Delta X =
Jarak datar sin α
∑
X =
(tidak memperhitungkan plus/minus)
f
X =
(memperhatikan plus/minus)
- Koreksi selisih ordinat
K
X -
(jika
nilai
selisih ordinat positif, maka pada koreksi
selisih ordinat dikurangi)
- Selisih ordinat terkoreksi
d. Ordinat
X awal
X1
= Xawal
±
2.
Perhitungan
Absis
a.
Selisih
absis
Y =
Jarak datar cos α
∑
Y =
(tidak memperhitungkan plus/minus)
f
Y =
(memperhatikan plus/minus)
b.
Koreksi
selisih Absis
K
Y -
(jika
nilai
selisih ordinat positif, maka pada koreksi
selisih absis dikurangi)
- Selisih absis terkoreksi
d. Absis
Yawal
Y1 = Yawal ±
Koreksi sudut vertical (untuk beda tinggi)
<terukur arah (A-B) - 90° = C
<Arah (B-A) 90° = C
·
MELAKUKAN PEMETAAN GEOLOGI DENGAN KOMPAS LANGKAH DAN MEJA
DATAR
Penampang geologi (sayatan)
Syarat untuk membuat penampang (sayatan),yaitu Garis
dibuat dari ujung peta yang satu ke ujung peta yang lain tergantung dari suatu
daerah dan mewakili daerah yang terjal dan daerah yang landai.
Menggambar
peta geologi dengan alat plane table
PENGUKURAN CARA RADIAL
Pengukuran
detail situasi dengan cara radial mirip dengan
pengukuran
situasi dengan theodolit. Cara ini cocok untuk pemetaan areal
yang
kecil atau tidak luas. Dengan sekali berdiri pada kira-kira tengah
areal
pemetaan yang dapat menjangkau semua detail yang akan
digambar,
peta situasi sudah dapat dibuat.
Pengukuran
detail situasi dapat dilakukan dengan :
1.
Mengarahkan teropong ke titik detail dan mengukur jaraknya dari titik
tetap (titik poligon, berupa patok kayu
atau beton) tempat berdiri Plane
Table. Plane Table dipasang di titik P
(titik poligon).
Titik-titik detail ditentukan posisinya
dengan mengarahkan teropong dan mengukur jaraknya dari P. Jarak dari P ke titik detail
dapat diukur dengan pita ukur atau dengan cara takimetri.
2.
Untuk detail yang teratur bentuknya, seperti detail buatan pada
umumnya, misalnya : jalan, saluran atau
gedung, panjang dan lebarnya
diukur dengan pita ukur.
Langkah Kerja
a. Dirikan
statif di salah satu titik poligon, misalnya titik P.
b. Pasang Plane
Table beserta papan gambar dan mistar
gambarnya pada statif.
c. Tepatkan
posisi Plane Table di atas titik P dengan bantuan unting -
unting.
d. Setel
ketegakan Plane Table dan papan gambarnya dengan
memutar tiga sekrup penyetelnya, hingga
nivo seimbang atau
tepat di tengah-tengah.
e. Buat garis
arah utara di tepi papan gambar.
f. Letakkan
kompas hingga sisi kompas berimpit dengan garis arah
utara tersebut.
g. Putar papan
gambar hingga jarum kompas menunjuk arah utaraselatan.
h. Klem sumbu
putar papan gambar dikeraskan, maka papan
gambar sudah berorientasi arah utara.
i. Arahkan teropong ke rambu ukur yang didirikan
tegak di titik 1.
j. Gambar garis arah ke titik 1 dengan mistar
gambar.
k. Catat
pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan
benang bawah (BB).
l. Catat pembacaan sudut vertikal.
m. Hitung jarak
dari P ke titik 1, dengan rumus takimetri :
Jarak
= 100 (BA-BB) cos2h, atau
Jarak
= 100 (BA-BB) sin2z
dimana
:
100 =
konstanta pengali
h =
sudut heling
z =
sudut zenith
n. Gambar titik
1 pada kertas gambar dengan memasang jarak
tersebut berdasarkan skala peta yang
sedang dibuat.
o. Langkah j, k, l, m, n dan o dikerjakan untuk
titik-titik detail yang
lain. Langkah k, l dan m hanya dilakukan
apabila Plane Table
tidak dilengkapi dengan Self Reducing
Tacheometer.
p. Detail yang
teratur, misalnya : jalan, gedung atau saluran, diukur
lebar atau panjangnya dengan pita ukur.
PENGUKURAN CARA PEMOTONGAN KE MUKA
Lembar Informasi
Pada pengukuran
situasi dengan cara pemotongan kemuka, Plane
Table didirikan
pada dua titik tetap, misalnya titik poligon yang berdekatan.
Posisi
titik-titik detail ditentukan dengan mengukur arah dari dua titik tetap
tersebut.
Perpotongan antara dua garis arah ke satu titik detail tertentu
dari dua titik
tetap merupakan kedudukan titik detail tersebut.
Langkah Kerja
a. Dirikan
statif di salah satu titik poligon, misalnya titik P1.
b. Pasang Plane
Table beserta papan gambar dan mistar gambarnya
pada statif.
c. Tepatkan
posisi Plane Table di atas titik P1 dengan bantuan
untingunting.
d. Setel
ketegakan Plane Table dan papan gambarnya dengan
memutar tiga sekrup penyetelnya, hingga
nivo seimbang atau tepat
di tengah-tengah.
e. Buat garis
arah utara di tepi papan gambar.
f. Letakkan
kompas hingga sisi kompas berimpit dengan garis arah
utara tersebut.
g. Putar papan
gambar hingga jarum kompas menunjuk arah utaraselatan.
h. Klem sumbu
putar papan gambar dikeraskan, maka papan gambar
sudah berorientasi arah utara.
i. Arahkan teropong ke rambu ukur yang didirikan
tegak di titik A.
j. Gambar garis arah ke titik A dengan mistar
gambar.
k. Langkah i dan
j dikerjakan untuk titik-titik detail yang lain.
l. Detail yang teratur, misalnya : jalan, gedung
atau saluran, diukur
lebar atau panjangnya dengan pita ukur.
m. Pindahkan
Plane Table ke titik poligon di dekatnya, misalnya titik
P2.
n. Langkah
pengukuran sebagaimana ketika Plane Table di titik P1
dilakukan.
PENGUKURAN CARA
POLIGON
Lembar Informasi
Pada pengukuran
situasi dengan cara poligon, Plane Table
didirikan pada
semua titik yang diukur secara berurutan. Pengukuran
dengan cara ini
dapat dite rapkan misalnya pada :
1. Pengukuran
batas bidang tanah yang sisi-sisinya lurus.
2. Pembuatan
kerangka peta situasi untuk acuan pengukuran detailnya.
Langkah Kerja
a. Dirikan
statif di salah satu titik poligon, misalnya titik A.
b. Pasang Plane
Table beserta papan gambar dan mistar gambarnya
pada statif.
c. Tepatkan
posisi Plane Table di atas titik A dengan bantuan untingunting.
d. Setel
ketegakan Plane Table dan papan gambarnya dengan
memutar tiga sekrup penyetelnya, hingga
nivo seimbang atau tepat
di tengah-tengah.
e. Buat garis
arah utara di tepi papan gambar.
f. Letakkan kompas hingga sisi kompas berimpit
dengan garis arah
utara tersebut.
g. Putar papan
gambar hingga jarum kompas menunjuk arah utaraselatan.
h. Klem sumbu
putar papan gambar dikeraskan, maka papan gambar
sudah berorientasi arah utara.
i. Arahkan teropong ke rambu ukur yang didirikan
tegak di titik B.
j. Gambar garis arah ke titik B dengan mistar
gambar.
k. Catat
pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan
benang bawah (BB).
l. Catat pembacaan sudut vertikal.
m. Hitung jarak
dari P ke titik 1, dengan rumus takimetri :
Jarak
= 100 (BA-BB) cos2h, atau
Jarak
= 100 (BA-BB) sin2z
dimana :
100 = konstanta pengali
h = sudut heling
z = sudut
zenith