Breaking News

Thursday, 26 February 2015

MEMAHAMI DASAR-DASAR ILMU UKUR TANAH



·         MEMAHAMI DASAR-DASAR ILMU UKUR TANAH
      
      Simbol peta
Peta selalu dilengkapi dengan pemberian simbol-simbol yang merupakan generalisasi dari suatu benda atau bidang sebenarnya. Simbol hendaknya mudah digambar dan dibaca oleh pembaca peta atau users serta usahakan dibuat semenarik mungkin. Untuk lebih membuat simbol dan peta lebih menarik biasanya simbol-simbol tersebut diberi warna atau colouring. Simbol-simbol yang ditempatkan pada sebuah peta dapat dianalisa dan dapat menentukan tema dari peta tersebut.
Dalam buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik” karangan Juhadi dan Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa syarat simbol yang baik secara umum adalah:
1.      Sederhana
2.      Mudah digambar
3.      Mudah dibaca
4.      Mencerminkan data dengan teliti
5.      Berbentuk seragam dalam suatu peta ataupun peta seri
6.      Bersifat umum
Simbol pada dasarnya terbagi menjadi dua, antara lain:
Berdasar atas bentuknya:
1.      Simbol titik
2.      Simbol garis
3.      Simbol luasan
Berdasar atas arti atau sifatnya:
1.      Simbol kualitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan sebenarnya apa yang digambarkan dengan bentuk yang lebih sederhana. Simbol ini hanya mewakili unsur yang dimaksud baik berupa titik, garis, maupun luasan.
2.      Simbol kuantitatif, yaitu simbol yang menyatakan keadaaan sebenarnya apa yang digambarkan dengan bentuk yang lebih sederhana dengan disertai dengan nilai atau kuantitasnya. Nilai atau kuantitas tersebut dapat menunjukkan ketinggian, jumlah, luas, dan sebagainya.
       Simbol titik sendiri dapat terbagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Simbol Geometrik atau Abstrak, Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi dengan bentuk yang abstrak, yang mudah digambar namun agak sulit diketahui maksudnya.
2.      Simbol Piktorial, Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi dengan bentuk yang mirip atau identik dengan bentuk asli kenampakan tersebut.
3.      Simbol Huruf (Letter Symbol), Simbol yang digunakan untuk mewakili suatu kenampakan muka bumi yang khas atau khusus dengan huruf. Penggunaan simbol tersebut disesuaikan pula dengan jenis peta. Simbol ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan sangat mudah di pahami, namun kebanyakan simbol ini kurang memiliki nilai keindahan ataupun kurang begitu artistik.
Simbol garis merupakan simbol yang digunakan untuk mewakili kenampakan muka bumi yang berupa garis, perhubungan, pemisahan, serta gerakan atau arus. Simbol dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1.      Simbol garis deskriptif yaitu simbol garis yang digunakan untuk menyatakan unsur yang sesungguhnya ada, bentuknyapun biasanya mirip dengan sesungguhnya
2.      Simbol garis abstrak yaitu simbol garis yang digunakan untuk menyatakan unsur yang tak tampak, bentuknya menyesuaikan. Contoh:
- – - – - – - – - - : batas kecamatan
++++++++++ : batas provinsi
—————— : jalan setapak
                   Begitu pula dengan simbol luas, dibagi menjadi 2, antara lain:
1.      Simbol luas yang deskriptif
2.      Simbol luas yang abstrak


·        APLIKASI UKUR TANAH DAN PENENTUAN POSISI

Sudut mendatar dan sudut vertical

Sudut mendatar (horizontal) dan sudut vertical diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, yaitu dengan menggunakan alat ukur tanah.
 
Sudut lurus dan sudut jurusan, dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
 

Misalkan : P1 - P0 = N 45 ° E (azimuth)
Pembacaan sudut Hr. P1 - P0 = 085° 20" 15" (BS)
Pembacaan sudut Hr. P1- P2 = 162° 40' 30" (FS)
Sudut lurus P0P1P2  =  bacaan ke muka (FS) - bacaan kesudut belakangBS)
Sudut lurus P0P1P2  =  162° 40' 30" - 085° 20' 15 "
Sudut lurus P1P2 (azimuth)
=  SJ. P0-P1 + SL. P0P1P2 -180°

=  (45°+ 180°) + 77° 20' 15" -180
=   121°20'15"
 
Beda tinggi 
 
Pengukuran dengan menyipat datar / leveling / water pass dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila beda tinggi (h) diketahui antara titik A dan B, Sedangkan titik A diketahui sama dengan Ha, dan titik B terletak lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B adalah : Hb : Ha + h




Bagian-bagian Alat Ukur Sipat Datar                                
Teropong ; Alat  ini   berfungsi  untuk membidik dan memperjelas sasaran / objek yang akan diukur.  Alat ini terdiri dan lensa objektif,  lensa
okuler  dan  lensa  diafragma  serta  dilengkapi  dengan  visir  untuk membidik sasaran secara kasar.
Nivo ; Merupakan alat bantu untuk membuat sumbu satu tegak lurus sumbu dua dan seballiknya.  Ada dua jenis nivo yakni nivo kotak dan nivo tabung.
Sekrup Pengatur ; Terdiri dan sekrup penajam objek / tromol pengatur fokus    terletak    di    bagian    samping   teropong,    berfungsi    untuk memperjelas sasaran yang akan diukur.
Sekrup Penajam Benang Diafragma ; Terletak di bagian ujung belakang teropong ( Lensa Okuler), berfungsi untuk mengatur supaya benang silang terlihat jelas (benang atas, benang tengah dan benang bawah).
Sekrup Pendatar ; Terdiri dan tiga sekrup terletak di bagian paling bawah pesawat ukur, berfungsi untuk mendatarkan plat bagian bawah alat ukur yang akan ditandai oleh posisi gelembung tepat berada di tengah nivo kotak.
Sekrup Geser Horizontal ; Terletak dibagian bawah alat, berfungsi untuk menggeser secara halus teropong ke arah horizontal agar sasaran yang akan dibidik tepat berada pada garis bidik.
Sekrup Pengunci ; Terletak pada bagian bawah alat berfungsi untuk menguatkan / mengunci kedudukan alat ukur diatas statif.
Alat bantu penting lainnya :
Statif ; Sering disebut kaki tiga, berfungsi sebagai tempat meletakkan pesawat, dilengkapi dengan tiga sekrup pengunci untuk menaik turunkan alat sesuai dengan posisi yang dikehendaki pengukur/praktikan.
Bak Ukur/Ranibu ; Terbuat dari kayu/aluminium, berfungsi sebagai alat bantu untuk mengukur beda tinggi dan jarak.
Meteran ; Berfungsi untuk rnengukur jarak di lapangan dari alat ukur ke patok yang dituju.
Payung ; Berfungsi untuk melindungi alat,dari sinar matahari dan hujan. 
Pengaturan Alat Ukur Sifat Datar
 Pasanglah patok pada titik-titik yang telah ditentukan
Pasanglah statif di bagian tengah antara dua titik yang akan diukur dengan terlebih dahulu melonggarkan sekrup pengunci pada statif, aturlah kedudukan lempeng pada posisi mendatar selanjutaya tancapkan ketiga kakinya dengan cara menekan dengan kaki agar statif tidak mudah tergeser.
Pasanglah Water Pass di atas statif dan kuatkan sekrup pengunci  agar alat tidak mudah jatuh atau tergeser.
Buatlah atau aturlah gelembung nivo tepat berada ditengah-tengah dengan memutar sekrup penyetel. Putarlah nivo pelan-pelan 180° . Bila setelah pemutaran ini gelembung nivo tidak lagi di tengah-tengah, tetapi pindah ke arah pinggir, maka kembalikan gelembung setengahnya ketengah-tengah dengan memutar sekrup penyetel, dan setelah itu gelembung di tengahkan lagi dengan memutar sekrup koreksi nivo.
Pelaksanaa Pengukuran Sipat Datar
Bidiklah bak ukur belakang dan baca benang atas, tengah, bawah, catatlah pada label dan ukur jarak horisontal dari intrumen ke bak ukur dengan rol meter.
Apabila beda tinggi antara dua titik yang diukur lebih besar dan 3 meter, maka gunakanlah titik bantu.
Untuk mengoreksi bacaan benang bacaan benang silang, gunakanlah rumus sebagai berikut :
                                   BT  =  (BA+BB)
   2
     Untuk mencari jarak horizontal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
§  Cara 1 , Dengan menggunakan rol meter, dan
§  Cara 2 , Secara optis dengan rumus d = ( BA - BB ) X 100 meter
     Beda Tinggi ( H )
     H = BT belakang - BT muka
  Koreksi beda tinggi (k)
K  =     h          ; dimana                n = jumlah patok pengukuran
                       n

 Ketinggian Titik (h)
Pada pengukuran menyipat datar ketinggian titik dapat dihltung sebagai berikut:
H = H awal + h (meter)
Untuk poligon tertutup tinggi awal sama dengan tinggi titik akhir.
Profil Memanjang
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bawah ini:
Diketahui dari hasil pengukuran dan perhitungan di lapangan adalah :
Jarak Horizontal (d) =       D.1 - D.2 = 25 meter
                                            D.2 - D.3 = 10 meter
                                            D.3 - D.4 = 35 meter
                                            D.4 - D.5 = 17 meter
                                                            D.5 - D.1 = 21 meter
Ketinggian (T)        =         T.I = 50 meter
T.2 = 52 meter
T.3 = 49 meter
T.4 = 54 meter
T.5 = 55 meter
Untuk mendapatkan  %  kemiringan gunakanlah rumus sebagai berikut:
               % Kemiringan  =    Selisih Tinggi   x 100
                                           Jarak Hosisontal

Beda  Tinggi (DH)

DH             = ( BA – BB ) x 100 x cos Z              +  TA – BT

Dimana    :               DH  =  beda tinggi
                                    TA   = tinggi alat theodolit
                                    BT   =     benang tengah

                    Ketinggian = ketinggian titik  +  beda tinggi

                     Jarak
                            Jarak Datar (d), dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti pada halaman berikut  :

                                                                                D = ( BA – BB )  x  100 sin2 Z
                                                                                Dimana  :  D        = Jarak Datar
                                                                                                      BA    = Benang Atas
                                                                                                      BB     = Benang Bawah
                                                                                                      Z        = Zenit / sudut vertical


Koordinat , untuk menghitung koordinat, dapat dilakukan dengan cara di bawah ini. Misalnya:

y
Koordinat   titik   P0   diketahui   =   (100,150),     apabila selisih absis ( ) P0Pi = -25 meter
x
dan selisih ordinat ( ) P0Pi = -50 meter, maka koordinat titik
Pj adalah :

XPi      = XP0 +                                     YP       =   YP0   +   terkoreksi
= 100 + (-25)                                               = 150 +(-50)
= 75 meter                                                  = 100 meter

Jadi koordinat titik pi = (75 meter, 100 meter)

Koreksi sudut
Sebelum menghitung sudut jurusan, terlebih dahulu dilakukan koreksi sudut terutama pada pengukuran poligon tertutup.
Contoh polygon tertutup :
 


ü  Koreksi dilakukan dengan menggunakan rumus :
∑ β       = ( n + 2 ) x180° ± koreksi, dimana
β           = sudut lurus, sudut luar.
 Koreksi selisih koordinat pada poligon tertutup sebagai •berikut
Koreksi f(x) = ± ∑
ü  Koreksi masing-masing sisi poligon :
F’(X)  =  x f (x)
Dimana,         D         = jarak absis antara dua titik
∑ D     = jumlah jarak absis
sehingga selisih absis (Ax') terkoreksi :
x' = x ± f’ (x)

PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN
  Sudut Terukur
                ∑β          = (n-2) 190 + factor koreksi
                Faktor koreksi      =
  Sudut Terkoreksi
                < abc = < abc ± fk
                Total  ∑β = (n-2) 180
  Perhitungan Azimut
  1. Perhitungan maju
αawal 2-3-4 =
αawal 2-3-4 = α + 180 - < 5-4-3
αawal 4-5-1 = αawal 3-4-5 + 180 - < 1-5-4
αawal 5-1-2 = αawal 4-5-1 + 180 - < 2-1-5
αawal 1-2-3 = αawal 5-1-2 + 180 - < 3-2-1
αawal 2-3-4 = αawal 1-2-3 + 180 - < 4-3-2
  1. Perhitungan mundur
αawal 2-3-4 =
α 4-3-2 = αawal - 180
α 3-2-1 = α 4-3-2 + <3-2-1 – 180
α 2-1-5 = α 3-2-1 + <2-1-5 – 180
α 1-5-4 = α 2-1-5 + <1-5-4 - 180
α 5-4-3 = α 1-4-4 + <5-4-3 - 180
α 4-3-2 = α 5-4-3 + <4-3-2 – 180


    Perhitungan Jarak Miring
                Jm = ( Benang atas – Benang bawah ) x 100
   Perhitungan Jarak Datar
                 Jd = Jm x ( sin Z )2
   Perhitnungan Beda Tinggi
a. Beda tinggi ( ) = jarak datar x cos Z
               = ( tanpa memperhatikan ± )
               f = ( memperhatikan ± )


b. Koreksi =  x ( ± ) ( jarak  beda tinggi minus maka f h koreksi plush)


    k  = f h (jika f h minus maka ∑ h plush)
c.               h terkoreksi = h + koreksi h
hT = O
Perhitungan Ketinggian
                H = Hawal ± hT
Perhitungan Koordinat
1.              Perhitungan Ordinat
  1. Selisih ordinat
Delta X       = Jarak datar sin α
X    = (tidak memperhitungkan plus/minus)
f X      = (memperhatikan plus/minus)
  1. Koreksi selisih ordinat
K X -
(jika nilai  selisih ordinat positif, maka pada koreksi selisih ordinat dikurangi)
  1. Selisih ordinat terkoreksi
d.      Ordinat
X awal
X1 = Xawal ±
2.              Perhitungan Absis
a.               Selisih absis
Y       = Jarak datar cos α
Y     = (tidak memperhitungkan plus/minus)
f Y      = (memperhatikan plus/minus)

b.              Koreksi selisih Absis
K Y -
(jika nilai  selisih ordinat positif, maka pada koreksi selisih absis dikurangi)
  1. Selisih absis terkoreksi
d.      Absis
Yawal
Y1 = Yawal ±
Koreksi sudut vertical (untuk beda tinggi)
<terukur arah (A-B) - 90° = C
<Arah (B-A) 90° = C


·                  MELAKUKAN PEMETAAN GEOLOGI DENGAN KOMPAS LANGKAH DAN MEJA DATAR
Penampang geologi (sayatan)
Syarat untuk membuat penampang (sayatan),yaitu Garis dibuat dari ujung peta yang satu ke ujung peta yang lain tergantung dari suatu daerah dan mewakili daerah yang terjal dan daerah yang landai.
Menggambar peta geologi dengan alat plane table
PENGUKURAN CARA RADIAL

Pengukuran detail situasi dengan cara radial mirip dengan
pengukuran situasi dengan theodolit. Cara ini cocok untuk pemetaan areal
yang kecil atau tidak luas. Dengan sekali berdiri pada kira-kira tengah
areal pemetaan yang dapat menjangkau semua detail yang akan
digambar, peta situasi sudah dapat dibuat.
Pengukuran detail situasi dapat dilakukan dengan :
1. Mengarahkan teropong ke titik detail dan mengukur jaraknya dari titik
    tetap (titik poligon, berupa patok kayu atau beton) tempat berdiri Plane
    Table. Plane Table dipasang di titik P (titik poligon).                                             
    Titik-titik detail ditentukan posisinya dengan mengarahkan teropong dan mengukur  jaraknya dari P. Jarak dari P ke titik detail dapat diukur dengan pita ukur atau dengan cara takimetri.
2. Untuk detail yang teratur bentuknya, seperti detail buatan pada
    umumnya, misalnya : jalan, saluran atau gedung, panjang dan lebarnya
    diukur dengan pita ukur.

Langkah Kerja
a. Dirikan statif di salah satu titik poligon, misalnya titik P.
b. Pasang Plane Table beserta papan gambar dan mistar
    gambarnya pada statif.
c. Tepatkan posisi Plane Table di atas titik P dengan bantuan unting -
    unting.
d. Setel ketegakan Plane Table dan papan gambarnya dengan
    memutar tiga sekrup penyetelnya, hingga nivo seimbang atau
    tepat di tengah-tengah.
e. Buat garis arah utara di tepi papan gambar.
f. Letakkan kompas hingga sisi kompas berimpit dengan garis arah
   utara tersebut.
g. Putar papan gambar hingga jarum kompas menunjuk arah utaraselatan.
h. Klem sumbu putar papan gambar dikeraskan, maka papan
    gambar sudah berorientasi arah utara.
i.  Arahkan teropong ke rambu ukur yang didirikan tegak di titik 1.
j.  Gambar garis arah ke titik 1 dengan mistar gambar.
k. Catat pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan
    benang bawah (BB).
l.  Catat pembacaan sudut vertikal.


m. Hitung jarak dari P ke titik 1, dengan rumus takimetri :
Jarak = 100 (BA-BB) cos2h, atau
Jarak = 100 (BA-BB) sin2z

dimana :
100 = konstanta pengali
 h    = sudut heling
 z    = sudut zenith
n. Gambar titik 1 pada kertas gambar dengan memasang jarak
     tersebut berdasarkan skala peta yang sedang dibuat.
o.  Langkah j, k, l, m, n dan o dikerjakan untuk titik-titik detail yang
     lain. Langkah k, l dan m hanya dilakukan apabila Plane Table
     tidak dilengkapi dengan Self Reducing Tacheometer.

p. Detail yang teratur, misalnya : jalan, gedung atau saluran, diukur
    lebar atau panjangnya dengan pita ukur.

PENGUKURAN CARA PEMOTONGAN KE MUKA

 Lembar Informasi
Pada pengukuran situasi dengan cara pemotongan kemuka, Plane
Table didirikan pada dua titik tetap, misalnya titik poligon yang berdekatan.
Posisi titik-titik detail ditentukan dengan mengukur arah dari dua titik tetap
tersebut. Perpotongan antara dua garis arah ke satu titik detail tertentu
dari dua titik tetap merupakan kedudukan titik detail tersebut.

Langkah Kerja
a. Dirikan statif di salah satu titik poligon, misalnya titik P1.
b. Pasang Plane Table beserta papan gambar dan mistar gambarnya
    pada statif.
c. Tepatkan posisi Plane Table di atas titik P1 dengan bantuan untingunting.
d. Setel ketegakan Plane Table dan papan gambarnya dengan
    memutar tiga sekrup penyetelnya, hingga nivo seimbang atau tepat
    di tengah-tengah.
e. Buat garis arah utara di tepi papan gambar.
f. Letakkan kompas hingga sisi kompas berimpit dengan garis arah
   utara tersebut.
g. Putar papan gambar hingga jarum kompas menunjuk arah utaraselatan.
h. Klem sumbu putar papan gambar dikeraskan, maka papan gambar
    sudah berorientasi arah utara.
i.  Arahkan teropong ke rambu ukur yang didirikan tegak di titik A.
j.  Gambar garis arah ke titik A dengan mistar gambar.
k. Langkah i dan j dikerjakan untuk titik-titik detail yang lain.
l.  Detail yang teratur, misalnya : jalan, gedung atau saluran, diukur
    lebar atau panjangnya dengan pita ukur.
m. Pindahkan Plane Table ke titik poligon di dekatnya, misalnya titik
     P2.
n. Langkah pengukuran sebagaimana ketika Plane Table di titik P1
    dilakukan.

PENGUKURAN CARA POLIGON

Lembar Informasi
Pada pengukuran situasi dengan cara poligon, Plane Table
didirikan pada semua titik yang diukur secara berurutan. Pengukuran
dengan cara ini dapat dite rapkan misalnya pada :
1. Pengukuran batas bidang tanah yang sisi-sisinya lurus.
2. Pembuatan kerangka peta situasi untuk acuan pengukuran detailnya.


Langkah Kerja
a. Dirikan statif di salah satu titik poligon, misalnya titik A.
b. Pasang Plane Table beserta papan gambar dan mistar gambarnya
    pada statif.
c. Tepatkan posisi Plane Table di atas titik A dengan bantuan untingunting.
d. Setel ketegakan Plane Table dan papan gambarnya dengan
    memutar tiga sekrup penyetelnya, hingga nivo seimbang atau tepat
    di tengah-tengah.
e. Buat garis arah utara di tepi papan gambar.
f.  Letakkan kompas hingga sisi kompas berimpit dengan garis arah
    utara tersebut.
g. Putar papan gambar hingga jarum kompas menunjuk arah utaraselatan.
h. Klem sumbu putar papan gambar dikeraskan, maka papan gambar
    sudah berorientasi arah utara.
i.  Arahkan teropong ke rambu ukur yang didirikan tegak di titik B.
j.  Gambar garis arah ke titik B dengan mistar gambar.
k. Catat pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan
    benang bawah (BB).
l.  Catat pembacaan sudut vertikal.
m. Hitung jarak dari P ke titik 1, dengan rumus takimetri :
Jarak = 100 (BA-BB) cos2h, atau
Jarak = 100 (BA-BB) sin2z

dimana :
100 = konstanta pengali
h     = sudut heling
z     = sudut zenith