Breaking News

Wednesday, 17 June 2015

Emas Dan Metode Pengolahannya

 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (aurum) dengan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang mengkilap dan berwarna kuning. Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya dan melebur pada suhu 1000 (Klein,1985:25).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi (Sutardi,2006:99).

Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga ditemukan dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan batuan yang mengandung emas (gold bearing rocks) (Huheey,1993:106).
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser (Smith,1990:79).
Bijih emas mengandung perak (10-15%), sedikit tembaga, besi, logam Bi, Pb, Sn, Zn, dan platinum dalam jumlah kecil. Dalam bijih emas mensona, kandungan emas sekitar 1,20 gram per ton bijih, tembaga sekitar 0,99% per ton bijih, dan perak 2,32 gram per ton bijih (Adam,2005:90).
Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasi batuan bijih emas. Batuan bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang emas mengandung 25 gram/ton emas. Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Adamson,1997:89).
Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metode pengolahan emas cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak tahun 1860 kegiatan pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer dengan metode sianida. Perkembangan selanjutnya dengan menggunakan metode flotasi yang dilakukan pada tahun 1930. Sementara pada tahun 1960 diterapkan metode heap leaching untuk mengolah bijih emas dengan kadar rendah. Metode yang sering dilakukan untuk ekstraksi (pemisahan) emas adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Lee,1994:386).
Proses sianida terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses sianidasi adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sederhana digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya, yang dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (zinc precipitation). Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak (Greenwood,1989:245).
Prinsip pengendapan ini berdasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektrokimia dari logam-logam dalam larutan sianida yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, dan Pt. Setiap logam yang berada di sebelah kiri dari ikatan kompleks sianida dapat mengendapkan logam. Jadi tidak hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi juga Cu dan Al dapat dipakai. Karena harga logam Cu dan Al lebih mahal sehingga untuk mengekstraksi Au digunakan logam Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan dengan menggunakan serbuk Zn disebut “Proses Merill Crowe” (Bertrand,1985:290).
Sedangkan amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah. Amalgamasi merupakan proses yang paling efektif untuk mengekstraksi bijih emas dengan kadar tinggi dan berukuran > 74 mikron dalam mendapatkan emas murni yang bebas (free native gold). Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan maka akan terurai menjadi air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksa akan menguap dan Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort (Kurnia,2011:26).  

 Metode Pengolahan Emas

Berbagai cara bisa dilakukan dalam pengolahan emas, mulai dari cara yang sangat tradisional dengan menggunakan dulang atau alat seperti kuali yang nantinya akan diisikan tanah atau bebatuan yang berisikan logam emas lalu digoyang-goyang sehingga nantinya logam emas akan tertinggal di dasar dulang. Proses ini sangat dipengaruhi oleh massa jenis logam tersebut. Cara ini biasanya digunakan untuk mengolah emas yang bersifat aluvial.
Selain itu ada juga yang menggunakan metode sluice box atau dompeng. Alat ini juga memanfaatkan massa jenis dari logam emas itu sendiri. Cara kerja dari alat ini yaitu dengan menyedot pasir dan bebatuan yang ada di dasar sungai lalu mengalirkannya pada jalur yang telah di lengkapi dengan serat atau karpet, sehingga emas akan mengendap pada serat atau karpet tersebut.
Adapun metode pengolahan emas yang menggunakan zat kimia yaitu metode amalgamasi dan metode sianidasi. Dalam penelitian ini akan dibahas pengolahan emas atau ekstraksi emas dengan metode amalgamasi.
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampurkan bijih emas dengan raksa (Hg). Dalam proses ini akan terbentuk ikatan senyawa antara emas, perak, dan raksa yang biasa dikenal sebagai amalgam (Au-Hg). Raksa akan membentuk amalgam dengan logam lain selain besi dan platina.
Teknik penambangan ini memanfaatkan putaran yang diberikan oleh drum sehingga batuan akan hancur dan raksa akan mengikat senyawa emas yang terkandung dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi biasanya digunakan untuk mengekstraksi emas dalam butiran kasar.
Pada proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul, sekop, pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (golen), tali tambang, pompa air, blower, kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang, dan peralatan lainnya. Namun, dalam pengolahan bijih emas primer dibutuhkan beberapa peralatan penting, yaitu :
1.     Tabung amalgamasi (gelundung), sebagai tempat menggerus batuan sekaligus berfungsi sebagai tempat amalgamasi.
2.     Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung amalgamasi.
3.     Batang besi baja atau rod sebagai alat penggerus batuan.
4.     Larutan raksa berfungsi untuk mengikat emas.
5.     Kapur berfungsi untuk mengatur pH.
6.     Air untuk mendapatkan persentase padatan antara 30-60%.
7.     Dulang berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan larutan raksa yang telah mengikat emas dan perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan (tailing).
8.     Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam sehingga didapatkan paduan (alloy) emas dan perak.
Dengan bahan tersebut, proses amalgamasi (ekstraksi) emas dapat dilakukan. Dalam proses ini dilakukan beberapa tahap untuk mendapatkan paduan emas dan perak, tahapannya antara lain :
a.  Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan gravitasi konsentrasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
b.  Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah raksa (amalgamasi) yang dilakukan selama + 1 jam.
c.   Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan raksa dengan amalgam.
d.  Amalgam yang diperoleh selanjutnya dilakukan pemerasan (squeezing) dengan menggunakan kain untuk memisahkan raksa dari amalgam (filtrasi). Raksa yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah raksa yang tersisa dalam amalgam tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60-70% emas, sedangkan amalgam yang disaring dengan alat sntrifugal mengandung emas sampai >80%.
e.  Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan raksa, sehingga yang tertinggal berupa alloy emas dan perak.
Setelah mendapatkan alloy emas dan perak, selanjutnya dilakukan pemurnian emas untuk mendapatkan emas murni, langkah ini disebut dengan tahap refining. tahap refining adalah proses memisahkan emas dan perak dengan melarutkannya dalam larutan HNO3 atau larutan H2SO4. Tahap refining ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cepat dan metode lambat. Pada metode cepat, dilakukan secara hidrometallurgy yaitu dengan cara melarutkan paduan alloy dalam larutan HNO3 yang kemudian ditambahkan garam dapur untuk mendapatkan perak, sedangkan emas yang masih tercampur dengan HNO3 bisa dipisahkan dengan menyaring larutan karena tidak larut dalam HNO3. Pada metode lambat, dilakukan secara hidrometallurgy dan electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan plat tembaga dimasukkan ke dalam larutan. Paduan alloy juga dimasukkan ke dalam campuran larutan H2SO4 dan plat tembaga, selanjutnya akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas), sedangkan emas mengendap di dasar larutan sehingga bisa disaring dan dibakar untuk mendapatkan logam emas murni. Langkah terakhir yaitu dilakukan tahap smelting yaitu peleburan emas dan perak, sehingga diperoleh logam emas murni berupa padatan.

  Dampak Negatif  Merkuri

Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.
Merkuri dalam kadar rendah umumnya telah beracun bagi hewan, tumbuhan dan manusia. Merkuri sangat berguna bagi pertumbuhan kebutuhan biologis. Namun dalam kadar berlebihan akan bersifat racun.  Sehingga pada saat ini alat-alat kedokteran seperti termometer tidak menggunakan merkuri lagi.
Merkuri sangat berbahaya karena sifat mengikatnya. Bila merkuri tercampur dengan perairan laut, maka merkuri tersebut akan mengikat klor dan membentuk HgCl. Selanjutnya HgCl dengan mudah akan masuk kedalam tubuh plankton dan akan berpindah kebiota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen dasar perairan. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi merkuri dalam ikan meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan sangatlah tinggi. Sehingga merkuri yang terkandung dalam ikan tersebut akan mudah berpindah ke tubuh manusia dan juga akan merusak pada manusia.
Oleh karena itu limbah merkuri yang dihasilkan pada penambangan emas rakyat tidak boleh langsung dibuang ke sungai. Limbah harus di endapkan terdahulu di kolam pengendapan sehingga kadar Hg yang tinggi bisa berkurang.
Selain itu kadar Hg dalam air sungai akan merusak biota hidup air di sungai. Merkuri akan meracuni air yang dimasukinya, sehingga akan membunuh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Merkuri juga merubah kelas air yang ada di alam ini. Contohnya saja air kelas satu yang biasanya digunakan untuk air minum masyarakat. Bila disekitar air tersebut terdapat penambangan emas rakyat, maka secara otomatis air yang ada disana akan tercemar. Air kelas satu yang memiliki kualitas bagus akan dengan mudah berubah menjadi air kelas tiga bahkan empat yang tidak akan bisa kembali ke setuasi awalnya.
Sangat banyak kerugian yang diakibatkan merkuri tersebut. Tidak hanya pada alam saja, tetapi juga berdampak kepada manusia. Banyak sekali penyakit pada manusia yang disebabkan oleh merkuri tersebut. Diantaranya adalah :
1.   Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf yang disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita akan merasa tidak nyaman, kesakitan, bahkan kematian.
2.    Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian.
3.    Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
4.   Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusakmukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus.
5.   Merkuri juga menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal bahkan kanker kulit. Kanker kulit sangat sering teradi saat ini. Hal ini di sebabkan karena beberapa merk kosmetik memakai merkuri sebagai bahan baku pembuatan kosmetik tersebut. Biasanya, kosmetik yang memakai bahan baku merkuri adalah pada pembuatan kosmetik pemutih kulit. Proses pemutihan kulit dengan menggunakan merkuri memang relatif cepat. Namun, jika pemakaian dihentikan atau pemakaian dalam jangka penjang akan menyababkan kanker kulit.
Sangat banyak dampak negatif yang diakibatkan merkuri tersebut. Penggunaan merkuri pada penambangan emas tidak hanya merugikan kepada pekerja tambang tersebut, namun juga berdampak kepada alam dan masyarakat sekitar penambanggan.

0 komentar:

Post a Comment