BAB
II
TINJAUAN UMUM
2.1
Lokasi dan Kesampaian
Daerah
Daerah penyelidikan secara administratif terletak di Desa Bantuas, Kecamatan Palaran,
Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis, wilayah kontrak kerja CV Karya
Mineral Indonesia berada pada posisi 117o`11’15” – 117o12’00”
BT dan 0o38’0” – 0o38’48,5” LS. (Gambar 2.1)
Untuk mencapai lokasi kuasa pertambangan yang berjarak
kurang lebih 30 km dari pusat Kota Samarinda dapat ditempuh jalur darat dengan
menggunakan roda empat maupun roda dua melalui jalan poros Samarinda – Jembatan
Mahakam – Kecamatan Samarinda Seberang – Kecamatan Palaran dengan waktu tempuh
± 1 jam. Selain menggunakan transportasi darat, lokasi penelitian juga dapat
tempuh dengan transportasi air lewat Sungai Mahakam masuk ke Sungai Sanga Sanga
dengan menggunakan speed boat.
2.2
Iklim dan Curah Hujan
Seperti layaknya daerah-daerah lain di Indonesia, daerah
penelitian beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau berganti sepanjang bulannya dengan temperatur rata-rata
berkisar 25-30oC. Bedasarkan data curah hujan 2005 diperoleh curah
hujan rata-rata 236,917 mm,
tahun 2006 berkisar 84,0833
mm, tahun 2007 130,583 mm, tahun 2008 berkisar 207,667 mm dan tahun 2009
berkisar 232,583 mm. (Tabel 2.1).
Tabel 2.1
Data Curah Hujan Bulanan (mm) Kecamatan
Palaran
Periode 2005-2009
Bulan/Tahun
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
Januari
|
160
|
230
|
42
|
311
|
163
|
Februari
|
238
|
299
|
43
|
254
|
119
|
Maret
|
118
|
120
|
23
|
238
|
89
|
April
|
90
|
44
|
128
|
280
|
180
|
Mei
|
181
|
56
|
214
|
171
|
297
|
Juni
|
296
|
36
|
203
|
14
|
11
|
Juli
|
111
|
69
|
153
|
15
|
296
|
Agustus
|
295
|
26
|
92
|
163
|
331
|
September
|
333
|
45
|
221
|
266
|
491
|
Oktober
|
491
|
33
|
165
|
186
|
479
|
November
|
489
|
31
|
149
|
232
|
39
|
Desember
|
41
|
20
|
134
|
362
|
296
|
Jumlah
|
2843
|
1009
|
1567
|
2492
|
2791
|
Rata-rata
|
236,917
|
84,0833
|
130,583
|
207,667
|
232,583
|
(Sumber : CV Karya Mineral Indonesia)
2.3
Keadaan Geologi
2.3.1
Geologi Regional
Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan
Kutai, yang dikenal sebagai cekungan yang kaya akan minyak, gas dan batubara. Cekungan
Kutai merupakan cekungan yang luas, aktivitas sedimentasinya berlangsung sejak
eosen hingga miosen tengah.
Berdasarkan konsep tektonik lempeng (Katili, 1978 dan Situmorang,
1982) cekungan kutai terbentuk akibat adanya proses peregangan terhadap lempeng
Mikro Sunda Kalimantan.
2.3.2
Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional berdasarkan stratigrafi dan
kesebandingan dengan peta geologi regional lembar Samarinda, skala 1 :250.000
oleh S. Supriatna, Sukardi dan E. Rustandi, tahun 1995, dari yang tertua sampai yang termuda dapat disusun sebagai
berikut :
a.
Formasi Pamaluan (Tomp), terdiri dari
batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping, dan
batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu
kehitaman-kecoklatan, berbutir halus-sedang, kadang-kadang terpilah baik,
butiran membulat-membulat tanggung, padat dan gampingan.
Formasi pamaluan merupakan batuan paling bawah yang
tersingkap pada lembar ini dengan bagian atas formasi ini berhubungan dengan
formasi pulubalang. Umur Oligosen Akhir – Miosen Tengah. Satuan ini diendapkan
dalam lingkungan laut dalam. Tebal formasi kurang lebih 2000 meter.
b.
Formasi Pulubalang (Tmbp), litologi
satuan ini berupa perselingan antara batupasir kuarsa dengan sisipan
batugamping, batulempung, batubara, dan tufa dasit. Batupasir, kelabu kehijauan,
padat, tebal lapisan antar 50-100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan
setempat tufaan dan gampingan, tebal lapisan antar 10-40 cm. Kedudukan lapisan
ini menindih selaras di atas Formasi Pamaluan dan ditindih secara selaras oleh
Formasi Balikpapan.
c.
Formasi Balikpapan (Tmbp), satuan ini
terdiri dari perselingan batupasir
kuarsa dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Lempung,
kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi
rekahan-rekahan setempat mengandung batupasir gampingan, mengandung
foraminifera besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah –
Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan perengan “paras delta-dataran
delta”, tebal 1000-1500 m. Kedudukan formasi ini menindih selaras di atas
formasi pulubalang dan ditindih secara selaras Formasi Kampungbaru.
d. Formasi Kampungbaru (Tpkb) terdiri dari batupasir kuarsa lepas dengan sisipan lempung,
lanau, serpih, batubara muda, dan gambut. Lingkungan pengendapannya adalah
delta dan umumnya diduga Plio-plistosen. Formasi ini menindih selaras di atas
Formasi Balikpapan dan tertindih secara selaras oleh endapan alluvium, yang
terdiri dari pasir, kerikil, dan lumpur yang diendapkan dalam lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai.
2.3.3
Struktur Geologi Regional
Struktur geologi daerah Cekungan Kutai khususnya Lembar
Samarinda berupa lipatan dan sesar. Pola lipatan berarah Timur Laut-Barat Daya,
sedangkan struktur sesar yang terdapat di daerah ini terdiri dari sesar naik,
sesar turun, dan sesar geser. Sesar naik mempunyai pola Barat Daya-Timur Laut
yang hampir berhimpit dengan poros antiklin.
Pada umumnya sesar-sesar naik ini di beberapa tempat
terpotong oleh sesar geser atau mendatar yang berpola Barat Laut-Tenggara.
Sesar turun di daerah ini tidak begitu berkembang dan hanya terdapat di
beberapa tempat saja dengan pola Barat Laut-Tenggara berbarengan dengan sesar
mendatar atau sesar geser.
Khusus struktur geologi yang terdapat dalam areal ini
berupa lapisan sayap dari sinklin berarah Timur laut-Barat daya. Sisi Barat
dari Formasi Pulubalang dan Formasi Balikpapan berkemiringan landai yang
membentuk pegunungan perbukitan yang memanjang hampir Utara-Selatan. Akibat
lapisan simetris dan struktur sinklin berarah Barat daya – Timur laut, di
beberapa tempat pada sisi lipatan Tenggara yang curam muncul singkapan batubara
yang memanjang di sepanjang jurus lapisan yang berkemiringan curam.
2.4
Sistem dan Tata Cara Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan oleh CV Karya Mineral
Indonesia adalah tambang terbuka (surface
mining) dengan metode penambangan yang digunakan adalah penggalian dan
penimbunan areal bekas tambang yang sudah diambil batubaranya (back filling digging method) dan
melakukan pengupasan sambil membuat jenjang (benching
system). Metode penambangan tersebut dianggap relatif lebih baik karena
pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dan lubang-lubang bekas tambang
langsung ditutup ke areal bekas tambang sehingga bisa langsung direklamasi
(reklamasi dengan cara revegetasi).
2.5
Kegiatan Penambangan Secara Umum
2.5.1
Perintisan dan Pembersihan
Lahan (Pioneering Clearing)
Perintisan adalah suatu rangkaian pekerjaan yang
dilakukan untuk meratakan, membersihkan lahan, membuat jalan untuk dilalui
alat-alat mekanis, dimana alat yang digunakan adalah Komatsu D 85 E-SS untuk
memudahkan dalam pekerjaan selanjutnya.
2.5.2
Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)
Stripping adalah kegiatan yang dilakukan setelah land
clearing yaitu kegiatan pengupasan tanah penutup yang dimaksudkan untuk
mengeluarkan tanah
penutup agar batubara mudah ditambang.
Tanah penutup terdiri dari top soil dan non top soil.
Top soil yaitu tanah yang terletak di bagian atas yang banyak mengandung unsur
hara yang diperlukan tanaman (humus). Sedangkan non top soil (overburden) adalah tanah penutup yang
kurang/tidak mengandung humus yang dapat berupa batuan.
Ø Pengupasan Tanah Pucuk
Pengupasan tanah pucuk dilakukan hingga kedalaman 40 cm
dari permukaan tanah. Pengupasan tanah pucuk dilakukan dengan alat bulldozer, excavator
dan dump truck dengan kegunaan sebagai
berikut :
·
Bulldozer digunakan untuk
mendorong/mengumpulkan atau meratakan tanah pucuk
·
Excavator digunakan untuk
penggalian dan pemuatan tanah pucuk ke
dump truck
·
Dump truck digunakan untuk
mengangkut tanah pucuk.
Top soil dikupas dan ditempatkan di penimbunan
sementara, selanjutnya dilakukan penanaman pohon pada permukaan untuk mencegah
erosi dan longsor. Lokasi penimbunan tanah pucuk dipilih yang relatif
berdekatan dengan mine out yang akan ditimbun dengan elevasi yang lebih tinggi
atau sama dengan elevasi tertinggi dari rencana penimbunan over burden.
Apabila pada saat pengambilan tanah pucuk terdapat daerah
bekas tambang yang sudah ditimbun kembali, maka tanah pucuk langsung ditebar di
lokasi tersebut tanpa dilakukan penimbunan sementara, hal ini dilakukan untuk
mengurangi biaya penebaran top soil dan supaya unsur hara (bahan organik) dalam
top soil tidak hilang atau berkurang.
Ø Pengupasan Over Burden
Cara pengupasan over burden yang diterapkan adalah :
·
Back filling digging method,
yaitu tanah penutup dibuang ke tempat yang batubaranya sudah diambil.
·
Benching sistem, yaitu sistem
melakukan pengupasan tanah penutup sambil membuat jenjang (benching).
2.5.3
Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Batubara (Coal Getting)
Setelah batubara sudah tersingkap dari hasil kegiatan
pengupasan overburden, maka kegiatan selanjutnya
adalah penggalian, pemuatan dan pengangkutan batubara.
Penggalian, pemuatan dan pengangkutan batubara adalah
rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat batubara ke dalam
alat angkut, kemudian diangkut ke tempat pengolahan yang berjarak kurang lebih
6 km. Batubara yang sudah diolah
kemudian ditempatkan di stock pile untuk dikapalkan. Peralatan yang digunakan
untuk penggalian dan pemuatan batubara yaitu escavator dan alat angkutnya
berupa dump truck.
0 komentar:
Post a Comment