Breaking News

Tuesday, 17 March 2015

BAB II SKRIPSIKU (TINJAUAN UMUM) "Rencana Teknis dan Estimasi Biaya Operasional Panambangan Batubara"



BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1              Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah penyelidikan secara administratif  terletak di Desa Bantuas, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis, wilayah kontrak kerja CV Karya Mineral Indonesia berada pada posisi 117o`11’15” – 117o12’00” BT dan 0o38’0” – 0o38’48,5” LS. (Gambar 2.1)
Untuk mencapai lokasi kuasa pertambangan yang berjarak kurang lebih 30 km dari pusat Kota Samarinda dapat ditempuh jalur darat dengan menggunakan roda empat maupun roda dua melalui jalan poros Samarinda – Jembatan Mahakam – Kecamatan Samarinda Seberang – Kecamatan Palaran dengan waktu tempuh ± 1 jam. Selain menggunakan transportasi darat, lokasi penelitian juga dapat tempuh dengan transportasi air lewat Sungai Mahakam masuk ke Sungai Sanga Sanga dengan menggunakan speed boat.

2.2              Iklim dan Curah Hujan
Seperti layaknya daerah-daerah lain di Indonesia, daerah penelitian beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau berganti sepanjang bulannya dengan temperatur rata-rata berkisar 25-30oC. Bedasarkan data curah hujan 2005 diperoleh curah hujan rata-rata 236,917 mm, tahun 2006 berkisar 84,0833 mm, tahun 2007 130,583 mm, tahun 2008 berkisar 207,667 mm dan tahun 2009 berkisar 232,583 mm. (Tabel 2.1).

Tabel 2.1
Data Curah Hujan Bulanan (mm) Kecamatan Palaran
Periode 2005-2009
Bulan/Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Januari
160
230
42
311
163
Februari
238
299
43
254
119
Maret
118
120
23
238
89
April
90
44
128
280
180
Mei
181
56
214
171
297
Juni
296
36
203
14
11
Juli
111
69
153
15
296
Agustus
295
26
92
163
331
September
333
45
221
266
491
Oktober
491
33
165
186
479
November
489
31
149
232
39
Desember
41
20
134
362
296
Jumlah
2843
1009
1567
2492
2791
Rata-rata
236,917
84,0833
130,583
207,667
232,583
           (Sumber : CV Karya Mineral Indonesia)

2.3              Keadaan Geologi
2.3.1        Geologi Regional
Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Kutai, yang dikenal sebagai cekungan yang kaya akan minyak, gas dan batubara. Cekungan Kutai merupakan cekungan yang luas, aktivitas sedimentasinya berlangsung sejak eosen hingga miosen tengah.
Berdasarkan konsep tektonik lempeng (Katili, 1978 dan Situmorang, 1982) cekungan kutai terbentuk akibat adanya proses peregangan terhadap lempeng Mikro Sunda Kalimantan.
2.3.2        Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional berdasarkan stratigrafi dan kesebandingan dengan peta geologi regional lembar Samarinda, skala 1 :250.000 oleh S. Supriatna, Sukardi dan E. Rustandi, tahun 1995, dari yang tertua  sampai yang termuda dapat disusun sebagai berikut :
a.       Formasi Pamaluan (Tomp), terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping, dan batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitaman-kecoklatan, berbutir halus-sedang, kadang-kadang terpilah baik, butiran membulat-membulat tanggung, padat dan gampingan.
Formasi pamaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap pada lembar ini dengan bagian atas formasi ini berhubungan dengan formasi pulubalang. Umur Oligosen Akhir – Miosen Tengah. Satuan ini diendapkan dalam lingkungan laut dalam. Tebal formasi kurang lebih 2000 meter.
b.      Formasi Pulubalang (Tmbp), litologi satuan ini berupa perselingan antara batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara, dan tufa dasit. Batupasir, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antar 50-100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan setempat tufaan dan gampingan, tebal lapisan antar 10-40 cm. Kedudukan lapisan ini menindih selaras di atas Formasi Pamaluan dan ditindih secara selaras oleh Formasi Balikpapan.
c.       Formasi Balikpapan (Tmbp), satuan ini terdiri  dari perselingan batupasir kuarsa dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Lempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung batupasir gampingan, mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan perengan “paras delta-dataran delta”, tebal 1000-1500 m. Kedudukan formasi ini menindih selaras di atas formasi pulubalang dan ditindih secara selaras Formasi Kampungbaru.
d.      Formasi Kampungbaru (Tpkb) terdiri dari batupasir kuarsa lepas dengan sisipan lempung, lanau, serpih, batubara muda, dan gambut. Lingkungan pengendapannya adalah delta dan umumnya diduga Plio-plistosen. Formasi ini menindih selaras di atas Formasi Balikpapan dan tertindih secara selaras oleh endapan alluvium, yang terdiri dari pasir, kerikil, dan lumpur yang diendapkan dalam  lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai.
2.3.3        Struktur Geologi Regional
Struktur geologi daerah Cekungan Kutai khususnya Lembar Samarinda berupa lipatan dan sesar. Pola lipatan berarah Timur Laut-Barat Daya, sedangkan struktur sesar yang terdapat di daerah ini terdiri dari sesar naik, sesar turun, dan sesar geser. Sesar naik mempunyai pola Barat Daya-Timur Laut yang hampir berhimpit dengan poros antiklin.
Pada umumnya sesar-sesar naik ini di beberapa tempat terpotong oleh sesar geser atau mendatar yang berpola Barat Laut-Tenggara. Sesar turun di daerah ini tidak begitu berkembang dan hanya terdapat di beberapa tempat saja dengan pola Barat Laut-Tenggara berbarengan dengan sesar mendatar atau sesar geser.
Khusus struktur geologi yang terdapat dalam areal ini berupa lapisan sayap dari sinklin berarah Timur laut-Barat daya. Sisi Barat dari Formasi Pulubalang dan Formasi Balikpapan berkemiringan landai yang membentuk pegunungan perbukitan yang memanjang hampir Utara-Selatan. Akibat lapisan simetris dan struktur sinklin berarah Barat daya – Timur laut, di beberapa tempat pada sisi lipatan Tenggara yang curam muncul singkapan batubara yang memanjang di sepanjang jurus lapisan yang berkemiringan curam.

2.4              Sistem dan Tata Cara Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan oleh CV Karya Mineral Indonesia adalah tambang terbuka (surface mining) dengan metode penambangan yang digunakan adalah penggalian dan penimbunan areal bekas tambang yang sudah diambil batubaranya (back filling digging method) dan melakukan pengupasan sambil membuat jenjang (benching system). Metode penambangan tersebut dianggap relatif lebih baik karena pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dan lubang-lubang bekas tambang langsung ditutup ke areal bekas tambang sehingga bisa langsung direklamasi (reklamasi dengan cara revegetasi).



2.5              Kegiatan Penambangan Secara Umum
2.5.1        Perintisan dan Pembersihan Lahan (Pioneering Clearing)
Perintisan adalah suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk meratakan, membersihkan lahan, membuat jalan untuk dilalui alat-alat mekanis, dimana alat yang digunakan adalah Komatsu D 85 E-SS untuk memudahkan dalam pekerjaan selanjutnya.
2.5.2        Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)
Stripping adalah kegiatan yang dilakukan setelah land clearing yaitu kegiatan pengupasan tanah penutup yang dimaksudkan untuk mengeluarkan tanah
penutup agar batubara mudah ditambang.
Tanah penutup terdiri dari top soil dan non top soil. Top soil yaitu tanah yang terletak di bagian atas yang banyak mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman (humus). Sedangkan non top soil (overburden) adalah tanah penutup yang kurang/tidak mengandung humus yang dapat berupa batuan.
Ø  Pengupasan Tanah Pucuk
Pengupasan tanah pucuk dilakukan hingga kedalaman 40 cm dari permukaan tanah. Pengupasan tanah pucuk dilakukan dengan alat bulldozer, excavator dan dump truck  dengan kegunaan sebagai berikut :
·         Bulldozer digunakan untuk mendorong/mengumpulkan atau meratakan tanah pucuk
·         Excavator digunakan untuk penggalian dan pemuatan  tanah pucuk ke dump truck
·         Dump truck digunakan untuk mengangkut tanah pucuk.
Top soil dikupas dan ditempatkan di penimbunan sementara, selanjutnya dilakukan penanaman pohon pada permukaan untuk mencegah erosi dan longsor. Lokasi penimbunan tanah pucuk dipilih yang relatif berdekatan dengan mine out yang akan ditimbun dengan elevasi yang lebih tinggi atau sama dengan elevasi tertinggi dari rencana penimbunan over burden.
Apabila pada saat pengambilan tanah pucuk terdapat daerah bekas tambang yang sudah ditimbun kembali, maka tanah pucuk langsung ditebar di lokasi tersebut tanpa dilakukan penimbunan sementara, hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya penebaran top soil dan supaya unsur hara (bahan organik) dalam top soil tidak hilang atau berkurang.
Ø  Pengupasan Over Burden
Cara pengupasan over burden yang diterapkan adalah :
·         Back filling digging method, yaitu tanah penutup dibuang ke tempat yang batubaranya sudah diambil.
·         Benching sistem, yaitu sistem melakukan pengupasan tanah penutup sambil membuat jenjang (benching).
2.5.3        Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Batubara (Coal Getting)
Setelah batubara sudah tersingkap dari hasil kegiatan pengupasan overburden,   maka   kegiatan   selanjutnya   adalah   penggalian,    pemuatan   dan pengangkutan batubara.
Penggalian, pemuatan dan pengangkutan batubara adalah rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat batubara ke dalam alat angkut, kemudian diangkut ke tempat pengolahan yang berjarak kurang lebih 6 km. Batubara  yang sudah diolah kemudian ditempatkan di stock pile untuk dikapalkan. Peralatan yang digunakan untuk penggalian dan pemuatan batubara yaitu escavator dan alat angkutnya berupa dump truck.


0 komentar:

Post a Comment