BAB
1
PENDAHULUAN
Mineral adalah salah satu dari ilmu
geologi yang mempelajari kulit bumi. Istilah yang umum berarti ilmu pengetahuan
tentang mineral-mineral, yang merupakan unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang
terdapat di dalam dan merupakan pembentuk bagian-bagian padat dari alam
semesta. kita biasanya berpikir tentang mineralogy terbatas hanya pada
material-material dari kerak bumi saja. Ini tidak benar, karena ada juga
meteorit-meteorit yang merupakan mineral-mineral dari luar bumi, dan
pengukuran-pengukuran geofisika memberikan indikasi tentang beberapa
sifat-sifat mineral yang terdapat di bawah kerak bumi.
Karena mineralogi merupakan studi
tentang mineral, maka kita akan memulainya dengan pengertian yang jelas dari
batasan “mineral” tersebut, sehingga didefinisikan sebagai berikut: Mineral
adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
Batasan “yang terdapat di alam“ adalah
perlu, mengingat bahwa dalam laboratorium kimia dapat dibuat banyak sekali
mineral-mineral. Sebagai contoh: pengupasan dari suatu larutan Sodium Klorida
menghasilkan suatu Kristal yang tidak dapat dibedakan dari mineral Halite, akan
tetapi Kristal-kristal hasil laboratorium yang demikian itu bukanlah suatu
mineral. Tiruan batu-batu hias banyak sekali dibuat untuk tujuan komersil,
tetapi mereka dibuat sebagai ruby sintesis, spinel sintesis, dan seterusnya.
Pembatasan pada mineral adalah suatu
“benda padat homogeny” hal; ini menyatakan bahwa mineral itu terdiri dari satu
phase padat hanya satu macam material yang tidak dapat diuraikan menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya
persyaratan bahwa mineral itu suatu benda padat, maka cairan dan gas-gas tidak
termasuk.
Pembatasan “terbentuk secara
anorganik” menyebabkan benda-benda padat homogen yang dihasilkan oleh binatang
dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk. Maka dari itu kulit tiram dan mutiara di
dalamnya, meskipun terdiri dari kalsium karbonat yang tidak dapat dibedakan
dengan cara kimia maupun fisika dari mineral aragonite, tidak dianggap sebagai
mineral.
Persyaratan “yang mempunyai komposisi
kimia pada batasan-batasan tertentu” menyatakan bahwa mineral itu ialah suatu
senyawa kimia, dan senyaea kimia yang mempunyai komposisi pada batas-batas
tertentu yang dapat dinyatakan dengan suatu rumus (rumus kimia). Rumus mineral
dapat sederhan ataupun kompleks, tergantung dari banyaknya proporsi
kombinasinya.
“Atom yang tersusun secara teratur”
merupakan ukuran dari keadaan Kristalisasinya, cara lain untuk menyatakan hal
ini ialah dengan mengatakan bahwa mineral ialah Kristal padat di bawah kondisi
yang sesuai untuk suatu pembentukan susunan atom yang teratur itu dapat
tergambar pada bentuk luar kristalnya dan dari kenyataan, bahwa adanya susunan
atom yang teratur di dalam Kristal yang padat, telah disimpulkan dari
teraturnya bentuk luar Kristal, lama sebelum sinar X ditemukan dan membuktikan
hal itu.
BAB II
SIFAT
FISIS MINERAL
Sifat fisis suatu mineral berhubungan
erat dengan struktur kristal dan komposisi kimianya. sehingga dengan
mempelajari sifat-sifat fisisnya kita dapat membuat beberapa deduksi mengenai
struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisika dari mineral dapat/banyak
digunakan dalam segi-segi teknik karena pemakaian mineral di dalam industri
terutama tergantung pada sifat fisisnya; misalnya pemakaian intan sebagai
pengasah yang baik, disebabkan oleh karena kekerasannya yang luar biasa
sedangkan pemakaian kwarsa pada alat-alat elektronik disebabkan oleh
sifat-sifat pieso elektrisitasnya. Selain itu sifat-sifat fisis ini juga
berguna dalam segi-segi praktis, karena sifat-sift fisis banyak menolong kita
di dalam penentuan mineral; pada umumnya sifat-sifat fisis sebuah mineral dapat
kita tentukan lebih cepat dan muda dari pada komposisi kimianya maupun struktur
kristalnya, lagi pula bagi beberapa mineral tertentu sifat-sifat fisis ini
dapat merupakan suatu factor penentu yang sangat unik.
Dari uraian di atas ternyata
sifat-sifat fisis dari pada mineral dapat dianggap penting dalam 3 (tiga) aspek
yaitu : aspek ilmiah, aspek teknik dan aspek penentuan (determinasi).
Sifat-sifat fisis yang perlu diperhatikan untuk keperluan determinasi adalah
sbb:
A.
WARNA
MINERAL
Warna mineral adalah warna yang kita
tangkap dengan mata bilamana mineral tersebut terkena sinar. Pada umumnya warna
mineral ditimbulkan karena penyerapan babarapa jenis panjang gelombang yang membentuk
cahaya putih, jadi warna itu timbul sebagai hasil dari pada cahaya putih yang
dikurangi oleh beberapa panjang gelombang yang terserap. Misalnya mineral yang
berwarna gelap adalah mineral yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang
gelombanng pembentuk cahaya putih.
Sebab-sebab yang menimbulkan warna
didalam mineral bergantung berbagai hal antara lain:
1.
Komposisi Kimia
Contoh : Warna biru dan hijau pada
mineral-mineral copper sekunder.
2.
Struktur Kristal dan ikatan
atom
Contoh : Polymorph dari carbon; intan tidak
berwarna dan transparan sedangkan grafit berwarna hitam dan opaque.
3.
Pengotoran dari pada mineral
Contoh : Calcedon yang berwarna.
B.
K
I L A P (LUSTER)
Kilap (luster) merupakan suatu sifat
optis yang mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa pemantulan dan maupun
pembiasan.
Dua
jenis utama dari apda Kilap (luster) yang biasa dimiliki 3 oleh mineral-mineral
dikenal dengan sebutan :
1.
Kilap logam (Luster metallic)
2.
Kilap bukan logam (luster non
metallic)
Jika kita tidak dapat/sulit menarik batasan
yang nyata/tegas/jelas diantara dua jenis kilap di atas, maka kita nyatakan
dengan kilap setengah logam (luster sub metallic).
Hubungan
antara kilap dengan indeks bias adalah sbb :
1.
Kilap Logam ; mineral-mineral
yang dapat menyerap pancaran sinar secara kuat, karena disebabkan oleh sifat
opaque atau hampir opaque walaupun mineral-mineral berbentuk sebagai
fragmen-fragmen yang tipis (sesungguhnya sudah cukup tembus cahaya bagi sinar
infra merah).
Kilap
logam dipunyai pada umumnya oleh mineneral- mineral yang berindeks bias lebih
besar dari 3 (tiga) terdiri dari logam-logam murni dan kebanyakan dari kelompok
sulfida.
Contoh ;
- Pyrolusite (MnO2) - Molybdenite (MoS2)
- Antimonite (Sb) - Galena (Pbs)
- Pyrite (FeS2) - Chalcopyrite (CuFeS2)
2.
Kilap setengah logam (Luster
sub metallic) : terdiri dari mineral-mineral transparant dan translucent dengan
indeks bias antara 2,6-3,0.
Contoh :
-
Alabandite (MnS), n
= 2,70
-
Cuprite (Cu2O), n = 2,85
-
Cinnabar (HgS), n = 2,91
-
Hematite (Fe2O3), n
= 3,00
3.
Kilap bukan logam : Umumnya terdiri dari beberapa jenis-jenis antara lain
:
a. Kilap
kaca (Vitreous luster), didirikan oleh mineral-mineral yang mempunyai indeks
bias antara 1,9-1,3 meliputi 70% dari semua mineral yang kita kenal termasuk
hampir semua silikat, oxylate (carbonate, pospat, sulfat dsb), halida, oksida
dan bidroksida dari unsure-unsur ringan seperti Mg dan Al.
Contoh
:
-
Cryolite (Na3Al6), n = 1,34-1,36
-
Fluorite (CaF2), n = 1,43
-
Kwarsa (SiO2), n = 1,54
-
Spinel (MgAl2O4), n = 1,73
-
Korundum (Al2O3), n = 1,77
-
Garnet (
), n = 1,84
-
Calcite (CaCO3),
-
Ortoklas dan Mikrolin (KAlSiO8)
-
Anortite (CaAl2Si2O8)
b. Kilap
Intan (Diamond Luster/Adamantin Luster: Didirikan oleh mineral –mineral yang
mempuyai indeks bias antara 1,9 - 2,6.
Contoh
:
-
Zirconium (ZrSiO4) n = 1,92
-
Cassiterite (SnO2) n = 1,99 – 22,09
-
Intan/ diamond (C) n
= 2,4 – 2,46
c. Kilap
Lemak (Grease Luster), kilap lilin (waxy luster), kilap sutera (Silky luster),
kilap mutiara (pearly luster) adalah merupakan variasi dari kilap bukan logam
yang disebabkan oleh sifat permukaan yang dapat memantulkan sinar.
Permukaan
belahan dari halite (NaCI) mempunyai kilap kaca dalam keadaan segar, tetapi
akan berubah menjadi kilap lemak atau lilin apabila sudah tersingkap di udara
bebas.
Kilap
lemak umunya pada Nenbelin yang telah
mengalami perubahan.
Kilap
lilin umumnya dijumpai pada mineral-mineral kriptokristalin (sangat halus dan
tidak bisa dikendalikan dengan mikroskop biasa) dan amorf seperti Calcedon dan
opal.
Kumpulan
dari mineral-mineral seperti lempung (porous) walaupun diberi sinar, mereka
tidak mempunyai kilap dan kelihatan kabur atau seperti tanah.
Kilap
sutra, dihasilkan oleh mineral-mineral yang terjadi dari kumpulan serat-serat
yang sejajar seperti asbes Mg(Si4O18(OH)8 dan
beberapa varietas dari gypsun (CaSO42H2O).
Kilap
mutiara dihasilkan oleh mineral-mineral yang transparan dengan struktur kisi
berlapis dan mempunyai lembaran tipis yang sempurna, dihasilkan oleh pantulan
bagian bawah permukaan.
contoh
: Talk, Mika, Gypsum, dengan kristal kasar.
d. Kilap
Damar (resineous luster), merupakan kombinasi antara warna kuning atau cokelat
dengan indeks bias antara 1,8-2,6.
C.
CERAT
Cerat atau warna gores adalah warna
yang kita dapatkan bilamana mineral kita goreskan pada keping porselin yang
kasar permukaannya atau warna mineral bila ditumbuk halus. Banyak mineral yang
mempunyai warna yang sama dengan warna goresnya seperti cinuabar berwarna
merah, magnetit berwarna hitam dan sebagainya. Dan adapula mineral yang
mempunyai warna gores yang berbeda dengan warna mineralnya seperti hematite
berwarna abu-abu – hitam goresnya merah, pyrite warna kuning pucat-kuning warna
goresnya hitam dan sebagainya.
Kebanyakan mineral transparan dan
translucent mempunyai proses berwarna putih. Mineral-mineral berwarna gelap
dengan kilap bukan logam biasanya mempunyai gores yang lebih terang dari warna
mineralnya, sedangkan mineral-mineral dengan kilap logam sering mempunyai gores
lebih gelap dari warnna mineralnya.
D.
BELAHAN
(CLEAVAGE)
Belahan adalah kecenderungan suatu
kristal/mineral yang karena pengaruh mekanis, seperti pemukulan atau penekanan
akan terbelah-belah dan tidak hancur pada arah yang tertentu, sehingga
didapatkan permukaan yang rata dan licin atau dengan kata lain jika suatu kristal/mineral
mengalami suatu gaya atau strain dan melampaui batas elastisitas dan
plastisnya, maka akan terbelah sejajar dengan permukaan mineral atau pecahnya
sepanjang permukaan yang berhubungan struktur kristalnya.
Berdasarkan kwalitas belahan, maka belahan
mineral dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Belahan sempurna (perfect),
dijumpai pada mineral yang belahannya sepanjang bidang belahan dengan permukaan
licin dan berkilauan, sulit terbelah kecuali pada bidang belahannya.
Contoh : Kalsit (CaCO3) dan
Muskovit (KAl2Si3O10(OH)2)
2.
Belahan bagus (Good), mineral
dengan belahan bagus apabila terbelah memanjang bidang belahan, tetapi dapat
pula secara melintang.
Contoh : Feldspar.
3.
Belahan tertentu (distinct),
kebanyakan dapat dilihat sepanjang bidang belahan, tatapi juga dijumpai pada
kedudukan lain, akibatnya permukaan belahan itu sendiri jarang ada yang besar.
Contohnya : Scapolite
4.
Belahan tidak jelas
(indistinct), memberikan pecahan yang nampak seperti belahan, dalam pemeriksaan
yang teliti digolongkan sebagai belahan.
Contoh : Beryl (Be3Al2(Si6O18).
Sedangkan berdasarkan arah belahannya
terhadap kedudukan kristalografinya, maka dapat dibagi atas :
1.
Belahan satu arah, dijumpai
pada mineral yang berbentuk pipih.
Contoh : Mika Group.
2.
Belahan dua arah, dijumpai pada
mineral-mineral berbentuk prismatic.
Contohnya : Pyroksin
Group, Amphibol Group, Feldspar dll.
3.
Belahan 3 arah, dijumpai pada
mineral-mineral Rhombohedral dan Orthorombik.
Contohnya : Mineral
Orthorombik : - Barite (BaSO4)
- Anhydrite (CaSO4)
- Celestite (SrSO4)
Mineral
Rhombohedral : - Calsite (CaCO3)
- Dolomite (CaMg(CO3)2)
- Magnesite (MgCO3)
- Siderite (FeCO3)
4.
Belahan 4 arah, dijumpai pada
mineral-mineral isometric dan tetragonal.
Contoh : Mineral
Isometrik : - Fluorite (CaF2)
-
Diamond (C)
Mineral
Tetragonal : - Scapolite
5.
Belahan 6 arah, dijumpai pada
mineral-mineral isometric.
Contoh : -
Sphalerite (ZnS)
-
Sedalite (Na4(AlSiO4)3Cl)
E.
PECAHAN
(FRACTURE)
Pecahan adalah keretakan mineral yang
didapat tidak melalui suatu bidang tertentu, sehingga arah pecahan tidak
teratur dan tidak rata.
Pecahan dari mineral dapat dibedakan atas :
1.
Concoidal fracture, apabila
pecahannya secara melengkung (menyerupai kurva dan permukaannya licin)
Contoh : -
Kwarsa (SiO2) - Fiter
-
Opal -
Obsidian
2.
Hacklysfracture, apabila
pecahannya menyerupai gigi, seperti pecahan besi, tajam-tajam dan tidak teratur.
Contoh : -
Silver (Perak) Ag
-
Copper (Tembaga) Cu
-
Iron (Besi) Fe
3.
Even, bidang pecah agak
kasar, tetapi kecil-kecil masih mendekati bidang datar.
Contoh : -
Mika
4.
Uneven atau irregular
fracture, apabila pecahannya kasar dan permukaannya tidak teratur.
Contoh : -
Cerargyrite (AgCl)
-
Gypsum (CaSO42H2O)
F.
KEKERASAN
(HARDNES)
Kekerasan mineral umumnya
didefenisikan sebagai daya tahan suatu mineral terhadap suatu goresan
(scratching). Biasanya secara praktis dalam bidang mineralogi untuk mendapatkan
kekerasan suatu mineral dilakukan dengan cara menggoreskan mineral satu
terhadap mineral yang lainnya.
Perlu diketahui bahwa kekerasan
mineral ke segalah arah ditentukan oleh parameter tiap-tiap poros
kristalografinya. Sehingga untuk mineral satu mungkin kesegalah arah sama keras
dan untuk mineral lainnya tidak demikian. Untuk menguji mineral yang lasim ditentukan
dengan menggunakan skala kekerasan dari Mohs
seorang sarjna Australia yang menyusun skala menurut tingkat kekerasan
relatifnya mulai dari kekerasan yang terlunak sampai yang keras (kekerasan
1-10) pada tahun 1822. Penentuan keras mineral ialah dengan skala Mohs manakah
yang memberikan cerat/goresan pada mineral yang diselidiki dan manakah yang
tidak. Jadi, kalau satu mineral dapat dicerat dengan skala keras 7 (kwarsa)
tetapi tidak dapat dicerat dengan skala keras 6 (feldspar), maka keras mineral
tersebut ialah 6,5 atau antara 6 dan 7. Penentuan mineral tersebut harus sependek mungkin (0,5cm) dan
harus searah, mengingat bahwa kekerasan mineral pada arah yang berbeda dapat
berbeda pula nilainya. Kenyataan ini erat hubungannya dengan arah-arah
kristalografinya, umpamanya pada mineral kyanit yang berbentuk batang pada arah
panjangnya dengan keras antara 4–5 sedang tegak lurus padanya mempunyai keras
7.
Penentuan keras mineral selain dengan
cara penceratan tersebut dapat pula dengan cara-cara pengasahan (grinding
method), penggoresan (abrasion Method) cara penekanan (indenting method),
sehingga nilai kekerasan tersebut dapat berbeda-beda menurut cara yang
digunakan.
Kekerasan
mineral disusun dari 1 sampai 10 sesuai tingkat kekerasannya adalah sbb :
Kekerasan (Hardness)
|
Nama Mineral
|
Komposisi Mineral
|
Keterangan
|
1
|
TALK
|
Mg3Si4O10(OH)2
|
Tergores kuku
|
2
|
GIPSUM
|
CaSO42H2O
|
Tergores kuku
|
3
|
KALSIT
|
CaCO3
|
Tergores
pecahan botol atau pisau
|
4
|
FLUORIT
|
CaF2
|
|
5
|
APATIT
|
Ca5(PO4)3F
|
|
6
|
ORTOKLAS
|
KAlSi3O8
|
|
7
|
KUARSA
|
SiO2
|
|
8
|
TOPAS
|
Al2(SiO4)(F7OH)2
|
|
9
|
KORUNDUM
|
Al2O3
|
|
10
|
INTAN
|
C
|
|
Cara menentukan kekerasan dilakukan
dengan menggoreskan mineral skala keras Mohs pada mineral yang kita selidiki.
Agar tidak merusak mineral-mineral skala keras, dalam penentuan kekerasan kita
dapat memulai menguji kekerasan mineral yang diselidiki dengan mineral skala
keras yang paling keras dalam hal ini adalah intan dan selanjutnya secara
bertahap kita turunkan pengujian dengan mineral skala keras seperti tersebut
tadi. Jadi kekerasan mmineral skala keras yang dipakai untuk mengujinya.
Jangan hanya menguji pada muka mineral
saja, uji juga bagian muka lainnya sebab kemungkinan mineral tersebut
kekerasannya tidak seragam pada segala arah.
Jika kita berada di lapangan, dapat
mengadakan tes pengujian kekerasan pada batas-batas tertentu dengan
mempergunakan perbandingan sbb :
-
Kuku jari-jari kekerasan (H) = 2 -2,5
-
Pisau Kantong kekerasan (H) = 5,5
-
Tang Logam kekerasan (H) = 3,0
-
Kaca Jendela kekerasan (H) = 5,5
-
Kikir baja kekerasan
(H) = 6,5
-
Intan kekerasan (H) = 10
-
Pecahan Botol kekerasan (H) = 5,5
G.
KEKENYALAN
(TENACITY)
Kekenyalan merupakan sifat dalam dari
suatu mineral yang merupakan daya tahan mineral terhadap usaha pemecahan,
pemotongan, dan lengkungan atau sobekan pendek.
Kekenyalan mineral dapat dibedakan
menjadi :
1. Brittle
: Mineral dapat hancur atau menjadi
seperti tepung
Contoh
:
- Arsenit (AS)
-
Bismut (Bi)
2. Sectil : Mineral dapat dipotong menjadi lembaran tipi
dengan mempergunakan pisau lipat.
Contoh :
-
Argentite (Ag2S)
-
Chalcocite (Cu2S)
-
Bismuth (Bi)
-
Cerargyrite (AgCl)
3.
Malleable : Mineral dapat
ditempa menjadi lembaran atau lempengan tipis.
Contoh :
-
Gold (Au)
-
Silver (Ag)
-
Copper (Cu)
-
Platinium (Pt)
4.
Flexible : Mineral dapat dibengkokan/dilengkungkan,
tetapi bila gaya yang bekerja pada mineral tersebut sudah tidak ada, mineral
tersebut tidak dapat kembali pada keadaan semula (seperti sebelum
dibengkokkan).
Contoh :
-
Brucite Mg(OH)2
-
Chlorite Mg3(Si4O10)(OH)2Mg3(OH)
6
-
Talk Mg3(OH)2Si4O10
5. Elastic :
Mineral bila dibengkokkan dapat kembali pada keadaan semula bila gaya yang
bekerja sudah tidak ada lagi
Contoh:
-
Muscovit KAL2(ALSi3O10)(OH)2
-
Biotit K(Mg,Fe)3ALSi3O1O(OH)2
6.
Ductil : Mineral dapat
digores dengan kawat.
Contoh
:
-
Gold (Au)
-
Silver (Ag)
-
Copper (Cu)
H.
DIAPANAETY
Diapanaety adalah merupakan sifat yang
dimiliki oleh beberapa mineral yaitu kemampuan suatu mineral untuk memindahkan
cahaya.
Diapanaety
dapat dikelompokkan menjadi:
1. Transparan;
apabila suatu mineral diletakkan benda di bawahnya, maka benda tersebut dapat
dilihat dengan jelas.
Contoh:
- Kuarsa
- Muskovit.
2. Translucent;
Suatu mineral dapat memindahkan cahaya, tetapi benda yang berada di bawahnya
tidak dapat dilihat dengan jelas.
Contoh:
Gypsun, Sulfur, Fluorite.
3. Opaque;
adalah sifat suatu mineral yang tidak dapat memindahkan cahaya.
Contoh: - Hemetite
-
Magnetite.
I.
BERAT
JENIS (DENSITY)
Berat jenis mineral adalah
perbandingan antara berat mineral di udara terhadap volumenya di dalam air.
Yang dimaksud dengan volumenya di dalam air adalah berat volume air dengan
volume mineral tersebut. Berat jenis mineral adalah tetap, bilamana susunannya
tetap. Kegunaan mengetahui berat jenis mineral untuk keperluan dideterminasi
dapat diambilkan contoh di dalam praktik sebagai berikut; dua buah mineral Celestit
dan Barit, keduanya mempunyai warna, kilap, cerat, sifat dalam boleh dikatakan
sama. Perbedaan terletak pada berat jenisnya yaitu celestit 3,95 dan Barit
4,50. Pada contoh ini dapat kita diketahui betapa penting berat jenis untuk
diketahui, karena dengan meninjau sifat fisik tersebut kita sudah dapat menduga
bahwa dua mineral itu tidak sama.
Berat jenis suatu mineral tergantung
pada dua factor utama yaitu:
1. Jenis
dari atom yang menyusunnya.
2. Variasi
atom yang dapat bersenyawa.
Pada senyawa isostruktur yang pola
susun atomnya tetap. Sebagai contoh yang jelas dapat dilihat pada group
karbonat sistem orthorombik yang penting adalah perbedaan kationnya seperti :
Nama
Mineral
|
Komposisi
|
B.A.
Kation
|
Berat
Jenis
|
Aragonite
|
CaCO3
|
40,08
|
2,95
|
Strontianite
|
SrCO3
|
87,63
|
3,70
|
Witherite
|
BaCO3
|
137,36
|
4,30
|
Cerussite
|
PbCO3
|
207,21
|
6,55
|
Penentuan
Berat Jenis
Penentuan
berat jenis dapat dilakukan denga cara sbb :
1. Berat
mineral diatur secara langsung, kemudian isinya diukur berdasarkan prinsip
Archimedes.
G =
Dimana : G = Berat jenis mineral
W1= Berat mineral di udara
W2= Berat mineral dalam larutan
b =
Berat jenis larutan
2. Berat
mineral diukur secara langsung, kemudian isinya diukur melalui berat cairan
yang digantikan (displaced) di dalam pycnometer
G
=
Dimana
:
G = Berat jenis mineral
W1=
Berat Pycnometer dalam keadaan kosong
W2=
Berat Pycnometer mineral
W3=
Berat Pycnometer setelah diisi mineral+larutan
W4=
Berat Pyenometer + larutan
L =
Berat jenis larutan
3. Berat
jenis diukur dengan cara perbandingan langsung dengan cairan-cairan
berat-methode suspensi.
Larutan
yang sesuai untuk dipergunakan di dalam menentukan berat jenis dari pada
mineral adalah :
a.
Bromoform (CHBr3), berat jenis = 2,89 – 2,9
b.
Acethylene tetrabromida (C2H2Br4),
berat jenis =2,96
c.
Methylene iodide, (CH2I2),
berat jenis =3,3
d.
Clerici solution, berat jenis = 4,2
J.
SIFAT-SIFAT
MAGNET
Hanya beberapa mineral saja yang
bersifat ferromagnetis. Diantaranya yang paling umum adalah magnetite (Fe3O),
Phyrotite dan polymorph dari Fe2O3 magnetite.
Kadang-kadang Phyrotite dan Magnetite malah dapat berbentuk sebagai Lodstone
dan Lodstone ini banyak dipergunakan pada permulaan jaman kompas dikenal
manusia.
Sebenarnya semua mineral mempunyai
sifat magnetis, meskipun untuk menunjukkan dibutuhkan suatu alat yang khusus.
Mineral yang bersifat sedikit tertarik oleh magnet dikatakan sebagai
paramagnetis, Semua mineral mengandung besi bersifat paramagnetis, tetapi juga
mineral-mineral yang tidak mengandung besi, seperti beryl, dapat juga bersifat
paramagnetis.
Dalam mempergunakan sebuah alat
electromagnet dapat menghasilkan medan intensitas magnetis tinggi, kita dapat
memisahkan sesuatu konsentrasi murni dari campuran mineral-mineral lainnya (dipergunakan
baik di dalam laboratorium maupun Ore dressing plants). Sebuah alat yang peka
tidak hanya memisahkan mineral-mineral paramagnetis dari mineral-mineral diamagnetis
yang satu terhadap yang lainnya (misalnya Biotite dari Hornblende).
Sifat-sifat magnetis dari mineral
telah dipergunakan di dalam penyelidikan-penyelidikan geofisis mempergunakan
sebuah magnetometer, sebuah alat yang dapat mengukur segala perubahan dari
medan magnet bumi yang kemudian kita menyatakan dalam peta. Penyelidikan
magnetis ini sangat berguna untuk menentukan suatu cebakan bijih, juga untuk
mengetahui perubahan-perubahan jenis batuan, dan untuk mengikuti
formasi-formasi batuan yang mempunyai sifat magnetis tertentu. Penyelidikan
magnetis ini banyak manfaatnya karena penyelidikan ini dapat juga dilakukan
secara cepat dan mudah denga mempergunakan sebuah pesawat udara.
K.
SIFAT
LISTRIK
Dengan memperhatikan sifat listriknya,
mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1.
Bersifat menghantar
(conductor)
2.
Tidak bersifat menghantar
(Non conductor)
Mineral-mineral yang bersifat
menghantar dengan tipe ikatan logam, termasuk logam murni dan beberapa dari
golongan sulfide, jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan mineral
yang bersifat tidak menghantar.
Contoh
: Daya hantar hematit (Fe2O3) dua kali lebih besar pada kedudukan
tegak lurus sumbuh C dari pada kedudukan sejajar sumbuh C.
Mineral-mineral
yang tidak menghantar, kemungkinan dapat bermuatan listrik disebabkan oleh
perubahan temperature yang dikenal dengan Byroelectricity, dapat pula bermuatan
listrik karena penekanan, disebut Byezoelectricity juga dapat bermuatan listrik
disebabkan oleh penggosokan (frictional electricity).
L.
SIFAT
PERMUKAAN (SURFACE PROPERTIES)
Sifat
permukaan dari pada mineral yang dianggap banyak mempunyai arti dalam bidang
teknik antara lain “Wettability” suatu sifat kebebasan relatif dari pada
permukaan sebuah mineral.
Menurut
sifat permukaan ini, maka mineral dibagi atas :
1. Mineral-mineral
lyophile ialah mineral-mineral yang dapat dengan mudah dibasahi oleh air.
2. Mineral-mineral
lyophobe ialah mineral-mineral yang tidak dapat dengan mudah dibasahi oleh air.
M.
SIFAT
RADIOAKTIF
Sifat
radio aktif dari mineral berhubungan erat dengan adanya uranium dan thorium
(beberapa unsur, seperti potassium dan rubidium, juga mempunyai sifat
radioaktif yang lemah, hanya dapat dideteksi dengan alat yang cukup peka). Atom
uranium dan thorium merupakan disintegrasi secara sepontan dengan kecepatan
tetap yang tidak dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.
Disintegrasi
yang menyertai ada tiga tipe yaitu :
1.
Radiasi alpa, terdiri dari
inti helium yang bermuatan positip (alpha partikel).
2.
Radiasi beta, terdiri dari
elektron bermuatan negatif.
3.
Radiasi magma, berbentuk
sinar X (X raya).
Sifat
radioaktif dapat dideteksi oleh hasil radiasi yang hasilnya dapat dilihat dalam
film fotografi atau alat yang disebut “ Geigereounte atau Scintillometer. Hasil
akhir dari proses disintegrasi uranium dan thorium adalah tima hitam (Lead)
yang ditunjukkan menurut persamaan :
U238 ----------- Ph206 + 8 He4
H235 ----------- Ph207 + 7 He4
Th232 ---------- Ph208 + 6 He4
Kecepatan
reaksi diketahui dan umur dari mineral radioaktif dapat dihitung, jika sejumlah
uranium, thorium dan timah dapat dideterminasi dan jika mineral tidak
mengandung timah primer dan tidak dipengaruhi oleh perubahan dan pencucian.
N.
SIFAT-SIFAT
FISIK YANG LAIN
1.
Rasa
Mineral-mineral yang dapat larut dalam
air atau air liar dapat memberikan rasa yang khas bagi mineral-mineral yang
bersangkutan :
a. Asin
seperti pada halite (NaCl).
b. Pahit
seperti pada epsonite (MgSO4. 7H2O)
c. Dingin
seperti pada chilisalpeter/tawas (KAl3(OH)6(SO4)2
2.
Bau
Kebanyakan mineral dalam keadaan
kering atau baru/segar tidak memberikan bau, tetapi pada beberapa mineral akan
memberikan bau khususnya kalau mineral tersebut digosok, dibasahi, direaksikan
dengan asam dan lain-lain,seperti :
a.
Bau bawang putih, seperti
pada minera-mineral As
b.
Berbau lobak, seperti pada
mineral-mineral Se
c.
Berbau belerang, pada mineral
belerang (S)
d.
Berbau arang, seperti pada
batubara dan aspal dll.
3.
Rabaan
Jenis-jenis rabaan yang umum dikenal
adalah sebagai berikut:
a.
Rabaan seperti lemak, umpama mineral
tale
b.
Rabaan kasar, seperti pada
kapur.
c.
Rabaan licin, seperti pada
sepioli.
d.
Melekat kalau diraba, seperti
pada mineral kaolin, tanah diatomie (diatomit)
4.
Struktur/Habitus
Mineral
Banyak mineral yang mempunyai bentuk
kristal yang baik, seperti kwarsa, kalsit dan lain-lain. Tetapi sebagian besar
mineral-mineral terdapat dalam keadaan terkelompok (masa) yang kristalin atau amorf.
Umumnya struktur mineral kita golongkan sebagai berikut.
a.
Kristalloid : Struktur
kristalin,
Kelompok
kristal seperti pada kalsit.
Kelompok butir yang tidak teratur seperti
pada marmer.
b.
Kalloid dan gel : Disini strukturnya amorf.
BAB 111
KIMIA
MINERAL
A.
DASAR
DAN PENGERTIAN KIMIA MINERAL
Ilmu tentang kimia mineral dimulai
pada permulaan abad ke-19 yang didasarkan atas Hukum Komposisi Tetap (The Law
Of Constant Composition) oleh Proust(1799) teori atom dari Daltom(1805) dan
kemajuan-kemajuan dalam analisa kwantitatif yang lebih teliti. Perkembangan
dari teori sangat membantu dalam menginterprestasi data-data hasil analisa
kimia.
Oleh karena ilmu tentang kimia mineral didasarkan atas
pengetahuan tentang kompopsisi mineral, maka kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas
dari suatu analisa kimia haruslah dimengerti. Maksud dari pada analisa
kwantitas ialah untuk mengidentifikasi unsure-unsur yang ada dalam suatu
mineral mendeterminasi jumlah relatifnya.
B.
PENENTUAN
SUSUNAN KIMIA MINERAL
Penentuan
susunan kimia atau rumus mineral, berdasarkan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif
:
1. Analisa
kualitatif menentukan unsur apa yang terdapat dalam suatu mineral.
2. Analisa
kuantitatif menentukan kadar masing-masing unsur dalam suatu mineral.
Penyelidikan yang sempurna harus
meliputi kedua cara tersebut. Suatu contoh penentuan rumus suatu mineral :
Dari hasil suatu analisa kualitatif
diketahui mengandung unsur Cu, Fe, dan S. Yang dilanjutkan dengan analisa
kuantitatif didapatkan kadar masing-masing adalah : Cu=34, 89 % Fe=30,04%, dan
S= 34,51 %.
Unsur
|
Analisis(%)
|
B.A.
|
Perbandingan Senyawa
|
Pembulatan
Perbandingan
|
Cu
|
34,89
|
63,53
|
0,5491
|
1,021 = 1
|
Fe
|
30,04
|
55,85
|
0,5378
|
1,000 = 1
|
S
|
34,51
|
32,07
|
1,0768
|
2,002 = 2
|
Dengan membagi unsur dengan berat atom
akan dipastikan perbandingan senyawa mineral yang bersangkutan, kalau hasil
bagi ini kita bulatkan, maka didapat perbandinganya: Cu : Fe : S = 1 : 1 : 2,
maka rumus kimia dari mineral adalah CuFeS2.
Pada analisa kualitatif dikerjakan dengan
cara :
1. Menggunakan
asam-asam atau reagensia lain dalam keadaan basah, dan ini disebut dengan cara
basah.
2. Menggunakan
pipa peniup, dan ini disebut dengan analisa pipa peniup (blow pipe analisis).
3. Gabungan
kedua cara tersebut di atas.
Reagen yang umum dipakai pada
cara basah adalah : HCl, HNO3, H2SO4, NH4OH,
larutan BaCl2, AgNO3,H2O (Aquades).
DAFTAR
PUSTAKA
BERRY,
L. G. , MASON, B. , 1961, Mineralogy, W.H. Freeman and Co. San Fransisco.
DANA,
EDWARD, S. , 1972. , A Tex Book of Mineralogy, John Mel Weley, Sans, Ine, New
York, Founth Edition.
ISBANDI,
DJOKO, 1986, Mineralogy , Nur cahaya, Yogyakarta.
LANGE,O.,
…………….. LEBEDEVA, 1991, Geologi Umum, Gaya Media Pratama, Jakarta.
Lampiran : 1
Contoh
Laporan Lengkap
PRAKTIKUM : MINERALOGI NAMA :
ACARA : STB. :
HARI/ TGL : KLP :
No. Urut :
No. Peraga :
Sifat fisik
mineral :
a. Warna :
b. Kilap :
c. Cerat :
d. Belahan :
e. Pecahan :
f. Kekerasan :
g. Kekenyalan :
h. Diapanaety :
i. Berat
Jenis :
j. Struktur :
k. Sifat
Lain :
Nama Mineral :
Rumus Kimia :
ASISTEN PRAKTIKAN
Lampiran 2
BEBERAPA MINERAL YANG
UMUM DIJUMPAI
1. Gipsum
Berwarna jernih (tak berwarna) sampai
kuning pucat, kilap vitreus, belahan satu arah, umumnya punya pecahan tidak
rata dan tajam-tajam, mudah dibelah-belah tipis, kekerasan dua, berat
jenis=2,3. Rumus kimia CaSO42H2O
2. Belerang
Belerang mempunya rumus kimia S; berwarna
kuning belerang, kilap vitreus hingga buram, belahan tidak ada, pecahan
konkoidal, hingga tidak rata, kekerasan 1,5-2,5 dan berat jenis 2,1, cerat
putih hingga putih kekuningan.
3. Limonit
Berwarna merah hingga merah kecoklatan,
belahan tidak ada, pecahan konkoidal kadang-kadang tajam-tajam, cerat merah
cokelat (sama dengan warna mineral), kekerasan 1-3, berat jenis 5-5,5. Rumus
kimia Fe2O3H2O.
4. Muskovit
Rumus kimia KAl(AlSi3O10)(OH)2.
Berwarna cokelat atau tidak berwarna/jernih, kilap vireus, sutera, mutiara,
belahan satu arah, pecahan tidak rata, merupakan lembaran-lembaran tipis,
fleksibel, ceratnya putih, kekerasan dua, berat jenis 2,6.
5. Plogopit
Berwarnna cokelat hingga kekuningan, kilap
vitreus hingga mutiara, cerat putih, BJ=2,8-3, rumus kimia KMg3(AlSi3O10)(OH)2.
6. Garnierite
Rumus kimia (Ni,Mg)6(OH)6Si4O11H2O,
berwarna hijau, belahan tidak jelas, pecahan tidak rata hingga konkoidal,
kekerasan 2-3, berat jenis 2,3-2,8, cerat puth kehijauan.
7. Kalsit
Rumus kimia CaCO3, warna
beraneka ragam : hijau jernih, kebiruan, tidak berwarna, putih suram, belahan
tiga arah, pecahan tidak rata, cerat putih, kekerasan=3, berat jenis 2,7.
8. Lepidolite
Lepidolite (Mika), rumus kimia
K(Li,Al)(AlSi3O10)(O,OH,F)2 berwarna kuning
abu-abu, kilap mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak rata, kekerasan =
2,5-4, berat jenis = 2,8-2,9.
9. Opal
Rumus kimia SiO2nH2O,
berwarna puth, tidak berwarna, kilap lemak, belahan tidak ada, pecahan
konkoidal, kekerasan=5-6,5. Berat jenis 1,9-2,2.
10. Piroksin
Piroksin (augit) rumus kimia Ca(Mg, Fe,
Al)(Al, Si)2O6 berwarna hijau hingga hitam, kilap
vitreus, belahan dua arah, pecahan tidak rata hingga konkoidal, kekerasan 5-6,
berat jenis 3,2-3,5.
11. Hornblende
Ca2Na(MgFe2)4(Al,
Fe, Ti)Si6O22(O, OH)2, warna hijau hingga
hitam, kilap vitreus, belahan dua arah, pecahan konkoidal-tidak rata, kekerasan
5,5-6, BJ = 2,8-3,2.
12. Kwarsa
Rumus kimia SiO2, pada umumnya
tidak berwarna (bening), sering beraneka ragam warnanya akibat pengaruh
pengotoran, kilap vitreus, pecahan konkoidal, berat jenis = 2,6.
13. Ortoklas
Rumus kimia KAlSi3O8,
tidak berwarna atau keputihan hingga merah bata/merah daging, kilap vitreus, belahan
dua arah sempurna menyudut 90o, pecahan tidak rata, kekerasan=6, BJ=2,57.
14. Oligoklas
Rumus kimia (AlSi3O8)(CaAl2Si2O8)
, umumnya berwarna merah bata, kilap vitreus, belahan dua arah sempurna,
pecahan tidak rata, kekerasan=6, berat jenis=2,6-2,7.
15. Olivin
Rumus kimia (Mg, Fe)2SiO4,
berwarna hijau botol-kekuningan, kilap vitreus, pecahan konkoidal, kekerasan
6,5-7, berat jenis = 3,3-3,4.
0 komentar:
Post a Comment