Dasar
Pemilihan Sistem Penambangan
Dalam penentuan sistem
penambangan yang akan digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya
adalah:
a. Karakteristik ruang dari endapan/deposit (ukuran, bentuk, letak dan kedalaman endapan).
b. Sifat-sifat fisik dari endapan/deposit dan batuan sekitarnya.
c. Air tanah dan kondisi hidrolis.
d. Faktor ekonomi (kalori, ongkos penambangan, produksi dan
lain-lain).
e. Faktor lingkungan.
Khusus dalam penelitian
ini akan dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka. Pengelompokan
jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak endapan, dan
alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada umumnya
dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang
Metode penambangan yang
digunakan di daerah penelitian adalah metode open pit. Berdasarkan jenis
lapisan batubaranya, metode open pit untuk tambang batubara ini dibagi menjadi
dua cara, yakni sebagai berikut :
a. Lapisan miring
Cara
ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan (single seam) atau beberapa lapisan (multiple seam). Pada cara ini lapisan
tanah penutup yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing
pengupasan.
b. Lapisan tebal
Pada
cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah penutup dan
penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus
tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan
pada operasi berikutnya. Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup
maupun penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).
Pada kegiatan penambangan
menggunakan metode di atas, dengan penggalian excavator baik dilakukan sendiri
atau dengan kombinasi alat lain, cara penggalian yang digunakan pada metode
penambangan open pit, open cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem Jenjang Tunggal (Single
Bench)
Sistem
jenjang tunggal biasanya dipakai untuk menambang bahan galian yang relatif
dangkal dan memungkinkan untuk beroperasi dengan jenjang tunggal.
Tinggi
jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya tergantung pada jenis batuan yang
ditambang. Ketinggian jenjang yang aman ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan pekerja dan peralatan.
Ketinggian
jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan permukaan yang aman adalah apabila
alat-alat yang beroperasi dan pekerja dalam kondisi tidak aman, dimana tempat
yang menjadi landasan terdapat kemungkinan akan runtuh/longsor.
Besarnya
hasil produksi yang dihasilkan dengan jenjang tunggal sangat terbatas dan
ditentukan oleh kapasitas alat. Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan
kerja (front).
b. Sistem Jenjang Bertingkat (Multiple Bench)
Penambangan
dengan jenjang bertingkat umumnya digunakan untuk menambang bahan galian yang
kompak (massive) dan endapan tebal
yang sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan jenjang
tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat mendukung beban yang
ada di atasnya.
Kemiringan
lereng dapat dibuat lebih vertikal jika daya dukung batuan besar. Pit slope
bervariasi antara 20º-70º, dari horizontal. Hal ini dimaksud agar mendapatkan
perolehan bahan galian yang lebih banyak lagi.
Kestabilan
jenjang perlu dijaga terutama untuk mempertinggi faktor keamanan. Untuk
menghindari kecelakaan, beberapa cara dapat dilakukan yaitu dengan pembersihan
bongkah-bongkah batu yang menempel pada dinding jenjang, mengetahui daerah
kritis, pengeringan, dan memonitor pergerakan dan pergeseran.
Pada
pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan, yaitu :
A.Jumlah Tanah Penutup
Tanah penutup
atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih. Sebelum
pengambilan batubara, terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas. Jumlah
dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai
“Stripping Ratio”.
B. Jumlah Cadangan
Dari
data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan batubara
yang dapat ditambang (mineable). Dari
cadangan batubara hasil perhitungan tersebut terdapat standar pengurangan yang
digunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh mining recovery. Standar pengurangan
tersebut dapat berupa; faktor geologi, mining loss dan dilution.
C. Batas Penambangan (Pit
Limit) dan Stripping ratio
Batas penambangan
ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak untuk diproduksi. Cara
penentuannya adalah menghitung stripping ratio (SR). SR adalah perbandingan
antara volume tanah penutup yang dipindahkan per satuan tonase batubara (satuan
m3/ton). Jika SR-nya lebih besar dari SR yang ditentukan perusahaan,
maka daerah tersebut tidak layak untuk diproduksi.
0 komentar:
Post a Comment